Oleh: Ina Salma Febriany
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai makhluk yang membutuhkan makan dan minum untuk bertahan hidup, Allah Swt mengatur dengan sedemikian rupa agar makanan yang dikonsumsi manusia mampu menyehatkan jasmani dan ruhaninya.
Salah satu pengaturan-Nya ialah dengan memakan makanan yang halal (tidak ada syariat yang mengharamkannya) juga makanan yang baik yaitu gizi yang seimbang. Tak hanya menyehatkan, diharapkan dari makanan itu ada keberkahan di dalamnya berkat rasa syukur dari seorang hamba kepada Rabbnya. Dalam Alquran surah An Nahl ayat 114 Allah berfirman, “Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah”.
Selain dianjurkan makan dengan makanan yang halal dan baik, Rasulullah Saw juga menganjurkan adab-adab makan agar makanan tersebut bisa dicerna dengan baik. Salah satunya adalah makan dengan tidak bersandar.
Dari Abu Juhaifah ra, ia berkata, “Suatu ketika aku berada di sisi Nabi Saw kemudian beliau bersabda kepada seorang laki-laki yang berada di sampingnya, “Aku tidak akan makan sambil (mutakki) bersandar,” (HR Al-Bukhari). Dalam hadits lain yang diriwayatkan dari Ibnu Umar ra ia berkata, Rasulullah Saw bersabda, “Rasulullah telah melarang dua sikap makan yaitu duduk di hadapan makanan yang di depannya terdapat khamr dan seseorang yang makan dalam keadaan tengkurap,” (HR Abu Daud)
Syaikh Ibnul Qayyim Al Jauziyah menuturkan bahwa dalam hadits di atas terdapat redaksi mutakki (bersandar). Ada beberapa penafsiran dari kata tersebut yaitu diantaranya; duduk bersila, ada pula yang menafsirkan dengan bersandar kepada sesuatu; atau ada pula yang mengartikan dengan telentang dengan posisi miring.
Salah satu sikap makan yang telah tersebut di atas ialah tidak dianjurkan oleh Rasulullah. Bukan karena tanpa alasan, sudah tentu cara makan seperti itu membahayakan bagi orang yang makan. Sedangkan makan dengan posisi duduk diberi alas lalu bersandar adalah cara duduk para raja. Sedangkan dalam sabda Rasul yang lain, “Aku makan sebagaimana seorang hamba makan,” dan beliau makan dengan cara duduk di lantai, tanpa alas kain, bantal atau sejenisnya.
Maka posisi duduk terbaik ketika makan apabila anggota-anggota tubuh berada pada posisi tabiatnya (asalnya) yaitu yang dianjurkan Rasulullah dengan duduk tegak di lantai, tidak membungkuk, mencuci tangan, menggunakan tangan kanan, berdoa, tidak terburu-buru, dan berhenti sebelum kenyang. Sedangkan jika kita makan dalam keadaan duduk miring, maka saluran makanan dari tenggorokan sampai usus besar dan organ-organ pencerna lainnya dalam keadaan menyempit.
Cara Rasulullah makan ini diperkuat oleh hadits Umar bin Abi Salamah “Ketika aku masih kecil dalam didikan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wasallam, dan tanganku mengambil makanan dari segala sisi piring. maka berkata kepadaku Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wasallam. “Wahai anakku, bacalah basmalah, dan makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah apa yang dekat darimu.” (HR Bukhori, Muslim, Ahmad, Abu Daud dan Ibnu Majah)
Atau dalam hadits lain, “Sesungguhnya aku makan dengan tidak duduk bersandar pada bantal ataupun tidak meletakkan alas di bawah dubur, sebab cara seperti itu ialah duduknya para raja. Aku juga makan dalam keadaan sederhana, tidak lahap tidak juga lambat,” (HR Bukhari)
Sabda Rasulullah ratusan ribu tahun yang lalu tentang anjuran makan di lantai tanpa alas ini ternyata didukung oleh berbagai penemuan ilmiah, dua di antaranya ialah menurut PS Venkateshwara, penulis buku Yoga for Healing, duduk di lantai tak hanya membantu sistem pencernaan, tapi juga membantu sendi tetap lentur, fleksibel, dan kurang rentan terhadap cedera serta penyakit degeneratif seperti arthritis dan osteoporosis. Hal ini terjadi karena lutut, pergelangan kaki, dan sendi pinggul lentur sehingga membantu menjaga tetap fleksibel serta bebas dari penyakit.
Kedua, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal European Journal of Preventive Cardiology menemukan, orang yang duduk di lantai bisa bangun tanpa dukungan cenderung lebih lama hidup. Ini karena bisa bangun dari posisi duduk membutuhkan fleksibilitas yang cukup banyak dan kekuatan tubuh bagian bawah.
Studi ini menemukan, mereka yang terbiasa duduk di lantai cenderung dapat bangun tanpa bantuan orang lain, dan kabar baiknya, konon jika kita terbiasa melakukannya, maka usia akan cenderung lebih panjang.
Subhaanallah, semoga Allah senantiasa memberikan kita kesehatan; melalui adab makan yang telah Rasulullah anjurkan. Aamiin