REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Kepala Sekolah SMK Islam Bani Saleh, Bekasi, Heri Purwanto, mengungkapkan, langkah-langkah pencegahan soal lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) harus dilakukan sekolah sejak dini. Ia berkata, hingga kini tidak pernah mendapati kasus seperti itu terjadi di sekolahnya.
Meski demikian, Heri turut prihatin dengan meluasnya fenomena LGBT di sekolah-sekolah. "Langkah yang dilakukan lebih bersifat preventif. Anak-anak diarahkan pada pemahaman agama yang benar," kata Heri, Selasa (26/1).
Pilihan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah juga disesuaikan menurut potensi masing-masing jenis kelamin. Hal itu supaya anak berkembang sesuai fitrah yang telah diberikan.
(Baca Juga: Begini Cara Pesantren Cegah Santrinya Jadi Pelaku LGBT)
Kekhawatiran akan meluasnya fenomena LGBT di sekolah-sekolah juga diungkapkan Tetra, salah seorang wali murid di SDIT Thariq bin Ziyyad, Pondok Hijau Permai, Bekasi. Sampai saat ini, dia mengaku tidak melihat penyebaran LGBT di sekolah anak-anaknya. "Tapi bahwa risiko itu ada, saya menyadarinya," kata dia.
Menurutnya, penyebaran video porno dan LGBT di kalangan anak-anak terkadang berawal dari keingintahuan atau sekadar lucu-lucuan. Hal yang dia temukan, memang ada anak-anak yang "nakal" dan memiliki video porno di ponsel mereka. "Sambil bisik-bisik, mereka membicarakannya dengan sesama teman," ucap dia.
Ia pun meminta supaya akun-akun LGBT yang mengatasnamakan sekolah harus dilacak sampai tuntas. Selain merusak nama baik sekolah, juga nama baik anak-anak di sekolah itu.
Ketika kemudian anak-anak diberi label tertentu, bisa jadi anak akan terpengaruh. "Sebagai orang tua, prihatin benar. Pemerintah harus serius menangani hal ini," kata dia menegaskan.