Kamis 28 Jan 2016 05:50 WIB

Belajar Bahasa Inggris di Balik Lapas

Rep: Christiyaningsih/ Red: Teguh Firmansyah
Lembaga Pemasyarakatan atau Lapas (Ilustrasi)
Foto: antara
Lembaga Pemasyarakatan atau Lapas (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Pendidikan merupakan hak setiap warga negara Indonesia. Tak terkecuali bagi mereka yang berada di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas). Meski menjalani kehidupan di balik jeruji besi, kondisi tersebut bukan alasan untuk membatasi akses terhadap ilmu pengetahuan.

Indocita Foundation yang bertempat di Kampung Inggris Singosari, Malang menggandeng Lapas Wanita Kelas IIA Malang membuka kelas Bahasa Inggris bagi para warga binaan. Kelas yang akan dibuka mulai awal Februari ini rencananya akan diadakan dua kali dalam sepekan.

Kepala Lapas Kelas IIA Malang, Ngatinah, mengatakan warga binaan yang mengikuti kelas Bahasa Inggris dipilih dari mereka yang masih berusia 30-40 tahun. Sebagai permulaan akan ada 50 orang dari total 345 warga binaan yang ambil bagian dalam kelas ini.

Menurutnya Bahasa Inggris penting dikuasai para warga binaan untuk menambah pengetahuan. Selain itu, lapas wanita ini juga kerap mendapat kunjungan dari warga negara asing. "Biasanya mahasiswa dari luar negeri yang berkunjung, maka dari itu warga binaan perlu dibekali kemampuan berbahasa inggris," jelas wanita berjilbab ini.

Di samping itu, beberapa  warga binaan  tercatat  sebagai WNA. Mereka berasal dari Vietnam, Thailand, Filipina, India, dan Nigeria. Kefasihan berbahasa Inggris dapat membantu komunikasi sehari-hari para penghuni lapas.

Dalam pembukaan kursus Bahasa Inggris di Lapas Wanita Kelas IIA Malang pada Rabu (27/1), Direktur Kampung Inggris Singosari, Avin Nadhir, mengatakan pihaknya sengaja menyasar lapas wanita untuk mengikis stigma negatif terhadap lapas. Warga binaan di sini adalah kaum minoritas yang tidak dianggap oleh lingkungan.

"Kita sengaja ajarkan Bahasa Inggris sehingga ketika keluar dari lapas mereka punya kemampuan dan bisa lebih dihargai di masyarakat," ujarnya. Dengan bekal kemampuan Bahasa Inggris, kesempatan memasuki dunia kerja lebih lebar. Bahkan bukan tidak mungkin mereka mampu bersaing dengan warga asing.

Dipilihnya Lapas Wanita Kelas IIA Malang juga didasarkan atas faktor keamanan. Avin memandang lapas wanita lebih kondusif karena seluruh pengajar dari Kampung Inggris yang diterjunkan adalah kaum hawa. Ia tak menargetkan waktu tertentu untuk kelas yang ia buka. "Selama masih banyak peminat di lapas ini maka kursus akan terus berjalan," jelasnya.

Seorang warga binaan bernama Erwin mengaku sangat tertarik belajar bahasa Inggris. "Supaya kalau sudah keluar bisa main Facebook dan BBM," kata wanita 32 tahun ini. Dalam pengetahuan Erwin, semua gawai/gadget yang selama ini digunakan orang-orang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar.

Bagi Wagini, warga binaan lainnya, belajar bahasa Inggris ia ikuti sebagai upaya menyegarkan kembali ingatannya. Maklum, sebelum terjerat kasus hukum ia telah malang melintang di luar negeri sebagai TKW. Ia sempat bekerja di Singapura, Hongkong, dan Macau.

Wanita yang tersandung kasus narkoba ini mengatakan ingin membuka salon dan kursus bahasa Inggris kelak jika sudah bebas dari Lapas. "Saya masih belum tahu kapan bisa bebas tapi kalau punya wawasan kita bisa menjalani hidup dengan lebih semangat," ungkapnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement