Kamis 28 Jan 2016 22:00 WIB

Tahun Ini, Jatim Didorong Sebagai Provinsi Industri

Rep: Binti Sholikah/ Red: Yudha Manggala P Putra
Soekarwo
Foto: Republika/Imam
Soekarwo

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA – Gubernur Jawa Timur Soekarwo mendorong pendeklarasian Jawa Timur sebagai provinsi industri pada tahun ini. Oleh sebab itu, pemerintah juga mendorong peningkatan investasi di provinsi tersebut.

Pakdhe Karwo, panggilan akrab Soekarwo, menilai Jawa Timur memiliki potensi investasi yang menarik bagi para investor. Dia menyebutkan, dari sektor pangan, Jatim memiliki surplus beras sekitar 4,9 juta ton. Sementara secara nasional pasokan beras justru defisit. Selain itu, peternak di Jatim memiliki 4,071 juta sapi atau 27 persen dari total sapi di Indonesia.

“Sesuai rekomendasi kongres Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI), kita harus menempatkan industri sebagai penggerak ekonomi. Tahun ini kita declare harus jadi provinsi industri, kalau tidak 36 persen masyarakat urban itu akan menjadi masalah di kota lain,” jelasnya dalam Seminar Nasional Restorasi Kebijakan Ekonomi untuk Percepatan Kemandirian Bangsa di Hotel Bumi, Surabaya, Kamis (28/1).

Salah satu langkahnya, Pemprov Jatim meningkatkan infrastruktur untuk menjangkau wilayah-wilayah di Jawa Timur. Salah satunya dengan memperbanyak jumlah lapangan terbang kabupaten/kota di Jatim. Dalam waktu dekat, bandara di Bawean akan diresmikan.  Jatim juga memiliki lapangan terbang yang dikelola oleh pemerintah provinsi`yakni lapangan terbang Abdurrahman Saleh, serta tol yang dikelola oleh provinsi dari Gresik sampai Begundi.

“Kita bangun infrastruktur, kita kelola dari negara, 37 ribu hektare lahan kita siapkan untuk investasi,” ucapnya.

Pakdhe Karwo menambahkan, tingkat konsumsi masyarakat Jatim sangat tinggi, sehingga akan mempermudah investasi. Pemprov Jatim juga tengah melakukan reregulasi peraturan untuk membenahi kembali peraturan sesuai kebutuhan. Sebab, jika melakukan deregulasi, yang terjadi justru kapitalisme.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur CORE, Hendri Saparini, menambahkan, untuk mendorong investasi pemerintah harus bergerak secara inklusif dan mempermudah investor. Menurutnya,  Indonesia memiliki kekuatan dari sisi sumber daya alam dan sumber daya manusia.

“Tinggal bagaimana kita mengakselerasi ekonomi, melakukan integrasi pasar dan menjadi basis produksi. Kita berada pada titik dimana kita menambah nilai. Sebab, 60 persen dari pertumbuhan ekonomi kita didorong konsumsi, mengoptimalkan ekonomi dari situ akan baik,” ungkapnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement