REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyatakan ada sesuatu yang tidak biasa atau anomali di balik meroketnya harga komoditas bawang merah hingga mencapai sekitar Rp 30 ribu per kilogram (kg) di pasaran.
"Ini ada anomali di balik harga bawang merah yang merangkak naik di pasaran, khususnya di Jakarta sampai Rp30 ribu itu," kata Amran di sela acara peninjauan panen raya komoditas bawang merah di desa Purworejo Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang, Jawa Timur, Selasa (2/2).
Anomali tersebut diungkapkan Amran pasalnya harga jual di tingkat petani saat ini berkisar antara Rp8 ribu hingga Rp10.500 per kilogram (kg) komoditas bawang merah. "Seperti bapak lihat hari ini, bahwa harga di petani adalah Rp8 ribu, tapi di Jakarta Rp30 ribu, ini artinya aba anomali di sana, supply demand gak berlaku kan karena petani gak rasakan kenaikan itu kok," ujar dia.
Menurut Amran, meroketnya harga komoditas bawang merah tersebut dikarenakan karena adanya spekulasi dari orang-orang yang berada di tengah-tengah antara petani dan konsumen. "Ini seharusnya dibikin bahagia semuanya caranya adalah 'middleman' itu harus kita persempit, dengan mengurangi sedikit keuntungannya, caranya yaitu kontrol dengan mekanisme pasar dengan memperkuat Bulog, tapi maksudnya bukan mau tekan mereka," ujar dia.
Ketika ditanya mengenai harga beli Bulog yang berada di bawah pengepul, Amran mengatakan hal tersebut positif dan menguntungkan petani. "Itu bagus karena kita juga ingin petani untung, jadi tidak perlu dimatikan lah pengepul itu. Kita hanya mengawasi jika nanti dijual di pasaran dengan harga tidak wajar di situ Bulog masuk dengan operasi pasar," tuturnya.
Dari informasi yang dihimpun Antara, bawang merah mengalami kenaikan harga sebesar 16,31 persen menjadi sekitar Rp25 ribu sampai Rp30 ribu. Ini memiliki andil terhadap inflasi 0,09 persen dari total inflasi bulan Januari 2016 yang dirilis BPS sebesar 0,51 persen.