REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Korea Utara mengumumkan rencana peluncuran roket ke luar angkasa, Selasa (2/2). Roket tersebut membawa satelit observasi Bumi yang akan mengorbit selama 20 hari sejak 8 Februari.
Pyongyang telah menginformasikannya pada International Maritime Organisation dan International Telecommunication Union. Satelit akan diluncurkan dari pusat luar angkasa Sohae di Korut bagian timur laut.
Peluncuran akan dilakukan pada pukul tujuh pagi hingga tengah hari waktu setempat. Korut telah bersikukuh bahwa peluncuran satelit ini merupakan hak kedaulatan negaranya.
Sementara kritik banyak bermunculan bahwa peluncuran ini disertai dengan uji rudal balistik jarak jauh.
"Mereka akan mengatakan roket ini untuk tujuan damai, tapi mereka menggunakan teknologi yang sama dengan rudal," kata mantan kepala pakar dan inteligen Korea Selatan, Rah Jong-yil pada Telegraph.
Menurutnya, ini tak lain dari provokasi namun dunia tidak bisa menghentikannya. Peluncuran diperkirakan akan mendapat kecaman juga dari komunitas internasional seperti tes bom nuklir mereka pada 6 Januari.
Fasilitas Sohae telah menjalani banyak perkembangan. Termasuk konstruksi untuk peluncuran yang lebih tinggi, memungkinkan penembakan roket yang lebih besar. Fasilitas juga ditambah dengan pengisian bahan bakar bawah tanah yang memungkinkan mempersiapkan rudal diam-diam.
Para pengamat memperingatkan bahwa Korut telah berkolaborasi dengan Iran dalam teknologi rudal jarak jauh. Keduanya juga tampak telah mengembangkan pendorong baru yang dapat digunakan dalam peluncuran mendatang.