REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Sleman terus bertambah. Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman, Mafilindati Nuraini menyampaikan, awal tahun hingga 9 Februari lalu, kejadian DBD di kabupaten setempat sudah mencapai 71 kasus.
"Maka itu penanganan DBD di 17 kecamatan masih menjadi prioritas kami," katanya, Jumat (12/2).
Menurutnya, selama awal tahun ini, DBD telah menyebabkan satu korban meninggal. Korban terlambat dibawa ke fasilitas pelayanan kesehatan yang merupakan rumah sakit rujukan.
Penjabat Bupati Sleman, Gatot Saptadi menekankan pentingnya kegiatan pemberantasan sarang nyamuk. Kegiatan tersebut merupakan upaya prefentif yang lebih murah. Gatot berharap kegiatan pemberantasan sarang nyamuk dapat dilakukan secara berkesinambungan. "Misalnya membentuk petugas di tingkat padukuhan atau tim kecil gerakan pemberantasan sarang nyamuk," katanya.
Pemeberantasan ini harus melibatkan anak usia sekolah, dari SD sampai SMP. Mereka nantinya dapat terlibat langsung dengan pendampingan Ibu Kader, serta melestarikan gerakan kebersihan melalui gotong royong atas kesadaran demi kesehatan bersama.
Berdasarkan hasil monitoring, dari 113 rumah di Padukuhan Jaten, 39 di antaranya positif jentik nyamuk. Sehingga angka bebas jentik (AJB) di sana baru mencapai 65 persen. Angka ini masih di bawah standar bebas jentik, yaitu 95 persen.
Begitupun di Dusun Nyamplung Kidul, Desa Balecatur, Kecamatan Gamping yang angka AJB-nya hanya 71 persen. Dari 107 rumah, sebanyak 32 di antaranya positif terdapat jentik. Jentik-jentik tersebut ditemukan di bak mandi, penampungan air sarang burung, diespenser, dan halaman rumah.