REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin menilai tugas dai saat ini ataupun pada masa mendatang, akan semakin sulit. Ini mengingat banyaknya fenomena sosial yang timbul dan bergesekan langsung dengan ajaran dan nilai-nilai Islam.
Lukman menyoroti persoalan banyaknya paham keagamaan yang lahir dan mengatasnamakan Islam, tetapi secara esensi justru bertentangan dengan ajaran Islam.
Misalnya, menoleransi tindak kekerasan. "Islam tiba-tiba penuh dengan kekerasan, menoleransi pertumpahan darah antarsesama, hanya karena hal-hal atau perbedaan yang kurang prinsipil," tuturnya ketika memberikan sambutan dalam acara Musyawarah Nasional (Munas) Ikatan Dai Indonesia (IKADI) di Asrama Haji Bekasi, Jawa Barat, Jumat (12/2).
Selain bertentangan dengan Islam, menurut dia, kelompok-kelompok yang kerap mengaku Islam tersebut juga telah menabrak ideologi negara. "Ini yang perlu kita cermati bersama," ujarnya.
Selain fenomena tersebut, Lukman juga mengemukakan gejala lainnya yang tidak sesuai dengan Islam. Yakni mencuatnya persoalan lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) di tengah-tengah masyarakat Indonesia.
Menurut dia, hal tersebut juga patut mendapat perhatian dari para dai.
Atas dasar itu, dia menilai, dai memiliki bobot tugas yang tidak ringan. "Tantangan kita sebagai dai ke depan, memang tidak sederhana.
Tantangan orang-orang pilihan yang terpanggil untuk menyiarkan kebajikan, tentu tidak akan mudah, baik dalam hal strategi maupun media," tutur Lukman.
Baca juga, Fahri Hamzah: Pendukung LGBT Menganggap Tuhan Bisa Keliru.