Rabu 17 Feb 2016 06:25 WIB

Soal Laut Cina Selatan, AS-ASEAN Bersatu Hadapi Cina

Presiden Amerika Serikat Barrack Obama (kiri) menyambut kedatangan Presiden Joko Widodo (kanan) saat KTT ASEAN-Amerika Serikat di California, Amerika Serikat, Selasa (16/2).
Foto: Antara/Reuters/Kevin Lamarque
Presiden Amerika Serikat Barrack Obama (kiri) menyambut kedatangan Presiden Joko Widodo (kanan) saat KTT ASEAN-Amerika Serikat di California, Amerika Serikat, Selasa (16/2).

REPUBLIKA.CO.ID, RANCHO MIRAGE -- Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama dan para pemimpin Asia Tenggara membahas tanggapan umum atas keputusan pengadilan PBB terhadap bangunan di pulau buatan Cina, Selasa (16/2).

Gedung Putih bertaruh Cina tidak ingin dilihat sebagai pengganggu kawasan. Obama berharap mengamankan sebuah perlawanan gabungan untuk melawan ambisi kewilayahan Cina saat AS menerima perwakilan dari 10 negara ASEAN di Sunnylands, Kalifornia.

Pengadilan Tetap Arbitrase PBB diperkirakan akan memutuskan pada April atau Mei apakah pengakuan Cina terhadap hamparan luas laut di dalam sembilan garis batas memiliki kebenaran hukum. Cina juga telah meningkatkan keberadaan militernya di wilayah ini terhadap pengakuan kewilayahan yang banyak sekali.

Sebuah dukungan kolektif AS-ASEAN terkait putusan pengadilan akan memperberat tekanan pada Cina, yang menolak mengakui pengadilan itu.

"Mereka berharap, jika tidak segera, maka dari waktu ke waktu, Cina tak akan ingin terisolasi dan dunia internasional, sebuah negara yang tidak setuju dengan hukum internasional," kata Ernest Bower dari Pusat Studi Strategis dan Internasional.

Berharap untuk meningkatkan tekanan terhadap Cina atas perampasan tanah di Laut Cina Selatan, Obama membuka pertemuan dengan menyatakan AS-ASEAN memiliki tujuan bersama membangun tatanan kawasan di mana semua bangsa bermain dengan aturan yang sama.

Gedung Putih melihat konferensi tingkat tinggi (KTT) ini sebagai suatu kesempatan memperjuangkan Obama berporos ke Asia dan semakin pentingnya ASEAN, sebelum Obama meninggalkan Gedung Putih pada Januari 2017.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement