Rabu 17 Feb 2016 05:00 WIB

Imam Masjid New York Berkomentar Soal Klaim Pembenaran LGBT

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Bilal Ramadhan
Imam Masjid Al Hikmah New York, Imam Shamsi Ali.
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Imam Masjid Al Hikmah New York, Imam Shamsi Ali.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imam Masjid New York Shamsi Ali mengatakan, terdapat satu argumen yang seringkali dilemparkan oleh pendukung atau pembela kaum Luth bahwa kecenderungan menjadi homo atau lesbi memang disebabkan oleh genetik sejak lahir.

"Itu di satu sisi, di sisi lain, mereka menyebutkan bahwa kecenderungan homo atau lesbi itu bukan penyakit, dan bukan pula karena pengaruh lingkungan (pergaulan). Tapi lebih kepada 'variasi preferensi seksual' manusia," kata Shamsi dalam siaran persnya, Rabu, (16/2).

Ia berupaya merespon kedua argumentasi tersebut. Tentu tanpa tendensi menghakimi orang lain. "Toh dalam dunia yang terbangun di atas keterbukaan, khususnya informasi, perbedaan ide, pendapat, bahkan pilihan iman, adalah lumrah. Lingkungan vs preferensi seksual," jelasnya.

"Saya memulai dari argumentasi yang mengatakan bahwa kecenderungan homo dan lesbi bukan penyelewengan seksual yang diakibatkan oleh salah satunya lingkungan dan/atau pergaulan. Tapi lebih kepada variasi preferensi seksual," ujar Shamsi.

Ia mengaku tak memahami istilah variasi preferensi seksual itu jika memang terbawa lahir. Sebab baik kata 'variasi' ataupun 'preferensi' bernuansa 'pilihan' dan bukan bawaan. Artinya istilah 'variasi preferensi seksual' yang diyakini sebagai alami terbawa sejak lahir adalah sangat aneh.

"Saya tidak terlahir untuk menyukai 'coto Mangkasara'. Tapi karena saya lahir di daerah Sulawesi Selatan maka saya menjadikannya sebagai 'preferred' (preference) makanan saya," tuturnya.

Oleh karenanya jika kecenderungan homo dan lesbi itu karena variasi preferensi seksual maka itu bukan hal yang terbawa lahir. Tapi lebih kepada ditumbuhkan oleh suasana sekitar, lingkungan atau pergaulan.

"Saya masih teringat ketika pertama kali saya membeli durian di New York. Saya makan durian itu di depan teman Amerika saya, dia hampir muntah karena tidak tahan dengan baunya," ujar Shamsi.

Ia membujuk agar temannya menutup hidung mencobanya. Singkat cerita, teman itu kini malah sangat menyukai durian. "Saya bisa mengatakan bahwa dia telah menjadikan durian sebagai variasi preferensi tastenya. Dan itu karena lingkungan pergaulannya dengan orang-orang Asia," terangnya.

Maka argumentasi yang mengatakan bahwa kecenderungan homo dan lesbi itu bawaan dan variasi preferensi seksual dan bukan penularan adalah argumentasi yang self contradictory (bertolak belakang).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement