REPUBLIKA.CO.ID, CAROLINA SELATAN — Sebuah polling mencatat mayoritas pendukung Donald Trump adalah pengidap Islamofobia. Polling Kebijakan Publik di Carolina Selatan, Amerika Serikat ini mengumpulkan data dari para pendukung Trump beberapa hari sebelum pemungutan suara oleh Partai Republik, Sabtu (13/2).
Polling tersebut menemukan mayoritas pendukung Trump adalaj pemilih dengan toleransi beragama dan ras yang rendah . Hal ini tampak dari 44 persen pendukung taipan itu berpikir Islam memang harus dilarang di Amerika Serikat. Bahkan, sebanyak 40 persen dari simpatisan ini berniat akan menutup masjid-masjid.
Sementara 60 persen lainnya merasa penting diadakannya database nasional mencatat populasi Muslim. Selain itu data tersebut juga memperlihatkan 16 persen para pendukung ini percaya warga kulit putih adalah ‘ras superior’. Angka tersebut lebih banyak dari pendukung para calon presiden lain.
Seperti dilansir situs Independen.co.uk, Trump pada debat Sabtu (13/2) malam menyatakan kecamannya terhadap mantan presiden George Bush. Ia berpendapat Bush gagal menjaga stabilitas keamanan Amerika Serikat. Disinggung pula Bush berbohong mengenai senjata Saddam Hussein. Walau ucapannya mengundang perdebatan, polling tersebut mencatat Trump masih mendapat dukungan tertinggi dibanding kandidat lain dari Partai Republik.
“Donald Trump sepertinya tidak kehilangan dukungan di Carolina Selatan setelah debat Sabtu malam,” ujar Presiden Polling Kebijakan Publik, Dean Debnam dilansir The Independent. “Ia sangat konsisten memimpin di papan perhitungan dalam berbagai segmen.”
Hasil jajak pendapat pun mencatat 70 persen simpatisan Trump mendukung konfederasi. Mereka menginginkan bendera konfederasi berkibar di gedung-gedung pemerintahan di Kolombia. Juli lalu lambang negara bagian selatan Amerika Serikat diturunkan karena dipandang sebagai lambang rasisme.