REPUBLIKA.CO.ID, ARIZONA — Pusat Islam Tucson, Arizona, yang terletak dekat dengan Universitas Arizona mengalami serangan dari mahasiswa-mahasiswa yang tinggal di apartemen sekitar.
Muslim yang mengunjungi masjid di pusat Islam tersebut harus menghadapi berbagai macam lemparan, mulai dari kulit kacang hingga kaleng atau botol, diiringi teriakan-teriakan diskriminatif dan rasis dari para mahasiswa yang tinggal di lantai atas apartemen tersebut.
Lemparan tersebut semakin sering dilakukan terutama ketika mereka mengadakan pesta di Jumat dan Sabtu malam.
“Ya, mereka adalah mahasiswa, biasanya mahasiswa yang mabuk, tetapi serangan-serangan ini bukan serangan acak,” ujar Presiden Pusat Islam Tucson, Ahmed Meiloud, dilansir The New York Times. “Kami adalah sasaran mereka.”
Tidak ada korban luka dalam insiden-insiden rutin tersebut. Namun hal itu mengundang perhatian terlebih setelah tragedi-tragedi terorisme yang dikaitkan dengan Islam. Tekanan dan ejekan yang dihadapi Muslim—dikenal dengan hate crime—makin tinggi, terutama di negara-negara barat.
“Kita tidak bisa mengabaikan hal ini terus terjadi, dengan semua hate crime terhadap Muslim terjadi di berbagai tempat,” tegas Direktur Eksekutif Dewan Hubungan Islam Amerika (CAIR) chapter Arizona, Imraan Siddiqi.
Dalam insiden hate crime di dekat Universitas Arizona tersebut, Meiloud sendiri pernah mengalami. Ia diteriaki orang asing dari mobil, mengusir Meiloud yang menurut mereka adalah teroris. Selain itu seorang imigran Syria, Rania Kanawati, dilempari kaleng bir saat berjalan pulang dari bangunan pusat Islam tersebut.