Jumat 19 Feb 2016 18:07 WIB

Korban Kekerasan Anak Didominasi Laki-Laki

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Achmad Syalaby
pedofilia - ilustrasi
Foto: blogspot.com
pedofilia - ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Korban kekerasan terhadap anak di Indonesia banyak didominasi laki-laki. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP-PA) memiliki dua data kekerasan anak yakni data kasus dan data prevalensi. 

Berdasarkan data prevalensi yang diperoleh melalui sensus populasi (terakhir dilakukan pada 2013), KPPP-PA mengambil dua kelompok usia. KPP-PA menanyakan kekerasan apa yag pernah mereka terima saat usia 0-17 tahun. 

Dari kelompok pertama, usia 18 hingga 24 tahun,  satu dari dua laki-laki dan satu dari enam perempuan pernah mengalami kekerasan entah itu psikis, fisik, atau seksual. Kelompok kedua yakni usia 13 hingga 17 tahun diminta menceritakan pengealaman selama 12 bulan terakhir. Satu dari tiga laki-laki dan satu dari lima perempuan pernah mengalami satu dari tiga jenis kekerasan tersebut.

Selain data prevalensi, ada data kasus kekerasan terhadap anak yang berasal dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Pada 2014, kasus kekerasan terhadap anak mencapai 5.666 kasus pada 2014 dan menurun menjadi 3.820 pada 2015.  

“Dari data kasus hampir 100 persen dialami perempuan, sementara berdasarkan data prevalensi yang banyak mengalami kekerasan, bahkan dua kali lipatnya adalah laki-laki,” ujar Deputi Perlindungan Anak Kementerian PP dan PA Pribudiarta Nur Sitepu kepada Republika.co.id, Jumat (19/2).

Fakta ini, kata Pribudiarta, harus menjadi perhatian mengingat laki-laki kelak akan menjadi seorang ayah. Dia khawatir, anak laki-laki korban kekerasan akan mengulangnya di masa mendatang saat ia mempunyai anak dan ini merupakan siklus kekerasan. 

Banyaknya anak laki-laki yang menjadi korban kekerasan juga tak terlepas dari ‘budaya’ masyarakat Indonesia. “ ‘Budaya’ kita bilang anak laki-laki harus dipukul supaya bisa menjadi laki-laki. Inilah yang kemudian menjadi kesalahan dalam pengasuhan,” kata Pribudiarta. 

Padahal kekerasan tidak membuat anak menjadi tambah pintar. Pengasuhan hendaknya dibangun berdasarkan relasi hangat dan kasih sayang. Dia menyebut tindak kekerasan terhadap anak banyak dilakukan oleh orang terdekat seperti orang tua, teman, dan saudara dekat. 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement