REPUBLIKA.CO.ID TEHERAN -- Melihat perkembangan kemenangan dalam pertempuran melawan teroris di Suriah, koalisi Suriah-Rusia-Iran akan mendapat manfaat dari aliansi ini.
Analis Timur Tengah Masoud Asadollahi mengatakan aliansi ini dapat mempercepat penyelesaian perang. Diwawancara oleh kantor berita pemerintah Iran, IRNA, Asadollahi menyaranakan enam bulan terakhir menjadi titik balik dalam perang di Suriah.
"Jika kita melihat situasi di Suriah sekitar Maret 2015, dapat diakui enam bulan pertama, keseimbangan kekuatan dalam pasukan anti-pemerintah,"katanya seperti yang dilansir dari sputnik.com, Ahad (21/2).
Ia menambahkan dari sekitar akhir bulan April para pemberontak melakukan serangan yang sukses. Menguasai kota-kota seperti Idlib, Jirs al Shugour, dan Palmyra. Menempatkan pemerintah Suriah pada situasi yang berbahaya. Pasukan tentara Suriah sudah berperang selama lima tahun. Pada saat yang sama kekuatan oposisi semakin kuat karena memiliki senjata anti-tank yang digunakan untuk menghancurkan infantri.
"Melihat situasi ini keseimbangan kekuatan militer Suriah membutuhkan perubahan radikal, hal ini yang menjadi alasan Rusia mulai melakukan operasi militer di negara itu musim gugur lalu. Dari akhir September Rusia tegas menangani krisis Suriah dengan memberikan bantuan kekuatan kepada pasukan pemerintah lewat udara," tambahnya.
Asadollahi mengatakan pada saat yang sama tentara Suriah mendapatkan bantuan penasehat operasional dari Iran untuk membantu memperluas cakupan operasi darat. Sebelum itu bantuan penasehat Iran terbabat pada staf umum Suriah. "Melihat perkembangan terakhir sudah mencakup penasehat operasional,"katanya.
Asodallahi mengatakan kemenangan tentara pemerintah semakin terlihat ketika berhasil membebaskan Nub'l dan Az-Zahraa. Dengan bantuan udara Rusia, pemerintah Suriah juga berhasil membebaskan kota-kota Sheikh Miskin dan Atman yang berbatasan dengan Yordania.