REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Target kunjungan wisata oleh pelancong dari Cina ke berbagai destinasi wisata di Indonesia dinilai masih rendah. Sepanjang 2015, jumlah wisatawan Cina yang melancong ke Indonesia baru mencapai 1,1 juta orang.
Angka tersebut ditargetkan akan melonjak mencapai 10 juta wisatawan Cina hingga 2019 mendatang. Pemerintah melalui Kementerian Pariwisata yakin bisa menggaet peminat wisata dari Cina dengan pertumbuhan sampai 20 persen per tahun. Tak tanggung-tanggung, demi mendatangkan tambahan devisa ini pemerintah Indonesia menggandeng satu mesin pencari digital (search engine) terbesar di Cina, Baidu Inc, untuk bisa mempromosikan destinasi wisata tanah air.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menjelaskan, promosi melalui Baidu merupakan satu langkah besar mengingat jumlah wisatawan Cina yang melakukan kunjungan ke luar negeri dari tahun ke tahun terus memperlihatkan tren peningkatan yang siginifikan. Ia memandang Cina merupakan pasar yang sangat potensial, terlebih daya pikat Bali di mata wisatawan Cina masih tinggi.
Ia mengungkapkan, sepanjang 2015 jumlah wisatawan Cina yang bepergian ke luar negeri bahkan mencapai 100 juta orang. Bagi Indonesia, kata dia, tingginya minat untuk berlibur bagi warga Cina ini harus digarap secara strategis sehingga jumlah turis Cina bisa mencapai 10 juta orang pada 2019 nanti.
Arief melanjutkan, melalui Baidu, warga Cina diharapkan bisa mengenal Indonesia lebih baik dan berminat untuk berkunjung ke Indonesia. Secara sederhana, ide untuk mengajak Baidu bekerja sama akan membuat kata kunci pencarian di dunia maya terkait wisata lebih mengutamakan destinasi wisata di Tanah Air. Baidu sendiri dikenal sebagai mesin pencari paling laris di Cina dengan pangsa pasar mencapai lebih dari 79 persen atau total pengguna mencapai lebih dari 600 juta orang.
"Baidu ada viewer banyak sekali. Sebelum kita bekerja sama, misal ada ada yang memasukkan kata kunci tentang wisata, Indonesia bisa saja akan di halaman 17 dalam pencarian. Dengan bekerja sama dengan Baidu, destinasi wisata di Indonesia akan diutamakan muncul di halaman muka sehingga akses ke pengguna lebih luas. Intinya kami ingin agar di-klik kami nomor 1," jelas Arief saat workshop mengenai wisata digital di Hotel Pullman, Jakarta, Kamis (25/2).
Arief menambahkan, pihaknya telah mengkaji potensi pasar yang ada di Cina. Pemerintah mencatat, dengan 83 persen atau mayoritas wisatawan Cina berusia di bawah 45 tahun maka informasi berbasis internet atau online menjadi salah satu referensi utama dalam menetukan tujuan wisata. Hal inilah yang menurut Arief, semakin meyakinkan langkah pemerintah untuk menggandeng Baidu dalam menggenjot angka kunjungan wisata turis Cina ke Indonesia.
Managing Director Baidu Indonesia Bao Jianlei menyatakan, pihaknya sudah memfasilitasi pengguna yang khusus mencari tahu tentang destinasi pariwisata dengan platform Baidu Travel. Jianlei juga menegaskan, Baidu Travel menjadi patokan paling dipercaya bagi masyarakat Cina dalam mencari referensi tempat pelesir. Dengan semakin berkembangnya pengguna internet di Cina, Jianlei yakin promosi wisata Indonesia melalui platform mesin pencari Baidu bisa optimal.
"Sebagai mesin pencari nomor satu di Cina, tentu kami yakin promosi wisata Indonesia bisa berkontribusi dalam menggenjot pengunjung ke Indonesia," ujar Jianlei.