REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Semua sekutu reformis Iran, Presiden Hassan Rouhani memenangkan seluruh kursi di parlemen Teheran, Ahad (28/2). Ini adalah pemungutan suara parlemen pertama sejak Iran menandatangani kesepakatan nuklir dengan negara-negara besar dunia.
"Kompetisi telah berakhir, ini waktunya untuk membuka lembaran baru perkembangan ekonomi Iran berdasarkan kemampuan domestik dan kesempatan internasional," kata Rouhani dikutip kantor berita IRNA yang dikutip BBC. Ia juga mengatakan rakyat telah menunjukan kekuatannya dan memilih pemerintah.
Pemungutan suara diperpanjang sebanyak tiga kali pada Jumat lalu, ketika kerumunan orang berbondong-bondong menuju tempat pemungutan suara. Kedatangannya lebih dari 60 persen.
Dengan perolehan 90 persen perhitungan suara, daftar sekutu pro-Rouhani mengamankan seluruh 30 kursi. Kandidat konservatif Gholamali Haddad-Adel berada di posisi ke-31. Pemungutan suara ini melibatkan jutaan pemilih pada Jumat itu.
Mereka memilih untuk 290 kursi parlemen dan anggota Dewan Pakar. Ke-88 anggota dewan akan memilih Pemimpin Utama Iran dan mungkin memilih pengganti Ayatollah Khamenei yang sudah berusia 76 tahun dan sakit-sakitan.
Hasil awal menunjukan Mantan Presiden Akbar Hashemi Rafsanjani dan Rouhani paling unggul untuk dewan yang sebagian besar diisi imam senior.
Reformis yang menginginkan hubungan lebih baik dengan dunia luar dan lebih banyak kebebasan berharap mendapat pengaruh di lembaga-lembaga yang didominasi konservatif. Para reformis menargetkan investasi asing yang lebih baik untuk membuat banyak lapangan kerja bagi generasi muda.