REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengaku kesal lantaran para petugas pintu air mengikuti prosedur tetap (protap) zaman Belanda. Ia menegaskan tak akan segan memarahi petugas yang menjalankan aturan lama tersebut.
Ahok mengatakan sudah menemui para petugas pintu air. Kala itu, ia meminta supaya pintu air Manggarai selalu dalam posisi terbuka. Namun petugas pintu air Manggarai malah bersikukuh menutup pintu.
"Tahu nggak dia pake protap tahun berapa? Tahun 1973! Itu belum ada waduk Pluit, Pasar Ikan, Gunung Sahari belum di sheetpile, pintu air Manggarai belum ditambah satu. Dia main tutup saja. Ya nggak usah tutup-tutup biar aja ngalir. Mau cari gara-gara? Tadi saya sudah kasih pengertian, sudah sepakat, dah ketemu ni," katanya, Kamis (3/3).
Ahok menyebut, pintu air Manggarai akan dibuka selama 24 jam karena kondisi di Jakarta sudah berbeda. Apalagi dengan pembangunan yang didesain meminimalkan banjir Jakarta.
"Saya tanya yang ajarin kamu siapa, katanya dari dulu-dulu pak tahun 73. Bahasa Belanda saya keluarin. Gila dasarnya belanda tahun 73. Tahun 73 belum ada waduk Pluit. Sempat dulu jadi masalah di tengah nggak dibuka kenapa? Karena waduk Puit kan dangkal, nggak ada pompa, jadi kota dibuat tidak ada air. Sekarang kan udah beda. Udah ni nggak ada masalah. Ini mulai ngerti dia," ujarnya.
Ahok menyebut kunci mengatasi banjir di Ibu Kota lewat pemerataan air. Ia merasa jika air mampu disalurkan dengan baik maka banjir tak akan terjadi, kecuali ada air rob setinggi tiga meter.
"Kunci di Manggarai mainnya. Harus buka terus. Kecuali kemarau, kita nggak mau hulunya Ciliwung kering. Kalau kering didudukin orang bikin rumah. Nah kita tutup. Musim hujan buka semua," jelasnya.