REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Para kandidat pesaing Basuki Thajaja Purnama (Ahok) di ajang Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017 harus memiliki cara kreatif. Jika masih menggunakan pola kampanye lama, maka Ahok akan dengan mudah menyingkirkan para pesaingnya.
Direktur Eksekutif Lingkar Madani (LIMA) untuk Indonesia Ray Rangkuti mengatakan selama ini para pesaing Ahok masih berpaku pada isu-isu yang sebenarnya sudah lama ditinggalkan publik, misalnya soal etnik ataupun agama Ahok.
Isu-isu tersebut masih terus diproduksi oleh pesaing Ahok, padahal warga DKI Jakarta yang berminat pada hal tersebut hanya 20 persen. Sisanya yang 80 persen menginginkan hal rasional seperti apa visi mereka jika terpilih menjadi pemimpin. Di sini, para kandidat pesaing Ahok belum punya alternatif atau ide kreatif.
“Kalau masih seperti ini, Ahok seperti tidak ada lawan tanding,” ujarnya kepada Republika.co.id, Kamis (3/3).
Bukan tidak mungkin para kandidat pesaing Ahok akan membuat isu kampanye yang mengada-ada seperti kabar pencitraan. Padahal, kata Ray, sah-sah saja jika politikus melakukan pencitraan selama apa yang mereka lakukan tidak didasarkan kebohongan.
“Kalau mendapat simpati dari tindakan konkret tersebut, //ya// itu hukum alam,” ujar Ray.
Selama ini Ahok dikenal unggul pada aspek antikorupsi dan tanpa kompromi menghadapi sesuatu yang dianggap bertentangan konstitusi. Untuk bertarung dengannya di Pilgub DKI 2017 maka perlu sosok yang sepadan dengan keunggulan yang dimiliki Ahok.
Masalahnya, apakah partai politik mau menjalankan hal tersebut atau tidak. Ray menyebut sejauh ini partai politik masih mencari kandidat yang mau mendanai kampanyenya sendiri sehingga mereka tidak dibebankan.
“Kalay pesaing Ahok hanya selevel itu, tidak terlalu berat bagi Ahok untuk melenggang kembali memimpin Jakarta,” kata dia.