REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Kampung Naga di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, satu dari sekian banyak kampung adat yang masih lestari dan memegang adat tradisi nenek moyang. Mereka juga menolak intervensi dari pihak luar.
Republika mencoba menelusuri dan menyibak sejarah kampung yang warganya sebut 'Pareum Obor' atau matinya penerangan. Sebutan itu tidak lepas dari sejarah kelam pembakaran Kampung Naga oleh pasukan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) pimpinan Kartosoewiryo. Insiden itu membuat arsip Kampung Naga musnah dilumat api.
Saat itu, DI/TII menginginkan terciptanya negara Islam di Indonesia. Kampung Naga yang lebih mendukung Presiden Soekarno membuat tentara DI/TII yang tidak mendapatkan simpati warga Kampung Naga membumihanguskan perkampungan tersebut pada 1956.
Demi mencari kebenaran asal usul Kampung Naga, wartawan Republika.co.id, Fuji E Permana menemui Aki Maun, salah satu sesepuh kampung yang berdiri di lembah subur di antara hutan keramat dan Ciwulan yang sumber airnya berasal dari Gunung Cikuray, Garut. Aki Maun juga menjadi saksi hidup pembakaran Kampung Naga tersebut.