Selasa 15 Mar 2016 08:13 WIB

Kebiasaan Berlusconi

Silvio Berlusconi
Foto: AP
Silvio Berlusconi

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Febrian Fachri

Twitter: @ian_pirlo

Dinaungi owner yang sangat loyal tentu menjadi sebuah anugerah buat salah satu klub sepak bola. Kecintaan pemiliknya membuat suatu kesebelasan bisa mendapatkan segalanya untuk berbenah dan meraih prestasi bergengsi.

Salah satu contoh adalah klub elite asal Italia, AC Milan. Klub yang selama 30 tahun menjadi milik konglomerat sekaligus mantan Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi.

Musim panas 2015 lalu, Berlusconi mengatakan Rossoneri sangat lekat di hatinya. Kecintaannya terhadap AC Milan dimulai ketika ayahnya pertama kali mengajak nonton langsung di Stadion San Siro. Saat itu Berlusconi masih belia.

Hingga akhirnya setelah sukses menjadi pengusaha kaya, putra Luigi Berlusconi itu mewujudkan kecintaannya dengan mengakuisisi saham mayoritas Milan pada 10 Februari 1986. Selama 30 tahun menjadi orang nomor satu Il Diavolo, segalanya telah diberikan Berlusconi. Sejumlah pemain hebat ia hadirkan untuk Milan. Dan hasilnya hampir sepertiga abad lamanya, Berlusconi sudah memberikan lima gelar Liga Champions dan tujuh Scudetto untuk Milan.

Penulis tidak akan membahas panjang lebar tentang pencapaian-pencapain Berlusconi sebagai pemilik Milan. Belakangan, isu yang beredar dari Milanelo, pelatih Sinisa Mihajlovic dibuat gerah oleh sang Presiden. Ia merasa keleluasaannya sebagai juru taktik terusik dengan campur tangan pemilik grup Fininvest itu.

Berlusconi terang-terangan melarang Mihajlovic menduetkan striker Carlos Bacca dengan Mario Balotelli. Di mata ayah Barbara Berlusconi itu, Bacca dan Balotelli punya tipikal yang sama, yaitu penyerang tengah yang menanti bola di kotak penalti. Ia memerintahkan kepada Alenatore asal Serbia itu agar dua striker yang dimainkan antara Bacca-Menez atau Balotelli-Menez. Pilihan ini tersedia menyusul cedera parah M’Baye Niang usai kecelakaan mobil.

Tapi sang pelatih tak mendengarkan perintah Berlusconi. Di laga melawan Sassuolo akhir pekan lalu, Mihajlovic tetap memasang duet Balo-Bacca. Yang hasilnya Milan kalah 2-0 di Mapei Stadium.

Sikap keras kepala Mihajlovic itu mengindikasikan adanya kemungkinan karier Mihajlovic tak akan lama lagi sebagai peracik strategi Milan. Sejumlah media di Italia telah menghembuskan beberapa nama pengganti Mihajlovic seperti Roberto Donadoni, Eusebio Di Francesco, hingga Marcello Lippi.

Apa yang dilakukan Berlusconi ini bukan pertama. Sudah ada beberapa pelatih Milan sebelumya yang menjadi korban intervensi mantan perdana menteri itu. Leonardo de Araujo. Leonardo saat itu memasang trio penyerang Ronaldinho, Alexandre Pato, dan Marco Boriello dalam beberapa pekan. Ronaldinho dipasang oleh pelatih asal Brasil itu sebagai penyerang lubang.

Saat itu, Berlusconi juga memiliki pandangan lain. Menurut dia yang paling cocok sebagai penyerang lubang adalah Clerence Seedorf. Sementara Ronaldinho didorong sebagai striker kedua, mendapingi Pato sebagai target man.

Sekali dua kali dicampuri dalam urusan taktik membuat Leonardo hanya bertahan satu musim saja menjadi Alenatore I Rossoneri. Ia memilih berhenti dari pada menjadi pelatih yang tak leluasa bekerja sesuai keinginannya.

Era Carlo Ancelotti pun sama. Ancelotti adalah pelatih yang suka dengan formasi pohon cemara. Yaitu pola yang menggunakan satu pemain bomber yang ditopang dua gelandang serang yang kuat dan cepat. Selera ini beda dengan Berlusconi. Sejak dulu Bersluconi lebih gemar melihat timnya itu memainkan dua orang striker.

Selalu ikut campur dalam urusan strategi memang menyiratkan bahwa Berlusconi punya keinginan besar untuk selalu menjadikan Milan sebagai klub pemenang. Namun, dari sisi pelatih, tindakan-tindakan Berlusconi itu tentu sangat mengganggu. Masing-masing pelatih ketika didatangkan tentu juga punya perencanaan akan ia apakan klub yang akan dibesutnya.

Begitu juga dengan Mihajlovic yang baru mulai menanamkan benih-benih baru Milan di Eranya. Hasilnya memang belum signifikan. Sampai sekarang ia hanya mampu mengantarkan Milan di posisi enam di tabel klasemen. Masih jauh untuk menggapai posisi Liga Champions.

Namun, bila diamati, kerja keras mantan pelatih Sampdoria itu sudah mulai kelihatan. Milan tampil dengan skuad muda yang baru muncul. Gigi Donnarumma, Alessio Romagnoli, Giacomo Bonaventura disulapnya menjadi tulang punggung baru Milan. Bila ia diberikan waktu lebih dan keleluasaan bekerja, bukan tak mungkin ia akan bisa mewujudkan Milan kembali ke Khitah sebagai klub elite Eropa.

Mihajlovic kini mungkin mendambakan melatih klub yang tak diintervensi oleh pemilik. Seperti dirasakan oleh Pep Guardiola di Barcelona, atau Arsene Wenger di Arsenal. Owner klub memang sosok yang penting. Di pundaknyalah segala aktivitas klub ditampung. Pemasukan pengeluaran, gaji pelatih, pemain, atau jual beli pemain ada dalam benaknya.

Namun, urusan strategi tetaplah berbeda. Apapun ceritanya pelatih seharusnya menjadi komando tunggal apapun keputusan urusan strategi. Siapa pemain yang akan main, pola apa yang digunakan. Bila sudah ada dua komando dalam satu kesatuan, maka suatu kompi bisa salah jalan atau lebih dulu ditembak musuh.

Sudah saatnya Berlusconi memaknai cintanya kepada Milan dengan memercayakan sepenuhnya urusan strategi kepada pelatih. Berlusconi harus fokus kepada pekerjaannya memimpin manajemen untuk mengelola Milan dalam urusan non-sepakbola.

KUTIPAN:  Selalu ikut campur dalam urusan strategi menyiratkan Berlusconi punya keinginan besar menjadikan Milan sebagai klub pemenang.

[removed][removed]

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement