REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Gerakan politik sukarelawan yang cenderung baru dalam fenomena dalam politik Indonesia menimbulkan banyak perdebatan. Teman Ahok merupakan salah satu gerakan sukarelawan politik yang sedang marak dibicarakan.
Direktur Kajian Politik Center for Indonesian National Policy Studies (CINAPS) Guspiabri Sumowigeno mengatakan gerakan relawan ini juga harus dipantau dan diperhatikan. Guspiabri melihat adanya timbal balik politik dari relawan Joko Widodo pada 2014 lalu harus menjadi pelajaran juga bagi Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok jika tetap menggunakan relawan.
"Jangan menyakralkan mereka yang di luar partai politik,"kata Guspiabri, Selasa (15/3).
Guspiabri mengatakan lebih banyak relawan yang duduk dalam kabinet maupun posisi-posisi strategis dalam pemerintahan saat ini. Karena itu, menurut dia, Ahok juga harus berhati-hati melihat para relawan."DKI ini gede lho BUMD-nya banyak, bisnis yang bisa ditawarkan banyak,"katanya.
Dia mengatakan partai politik memiliki peran besar yang dijamin oleh konstitusi dalam demokrasi. Ia menambahkan partai politik juga masih punya peran di masyarakat. Salah satu buktinya tingkat partisipasi dalam pemilihan legislatif yang mencapai 80%. "Bilang saja Ahok cuma nggak cocok sama parpol. Parpol juga nggak cocok sama Ahok, tidak perlu seakan-akan mencari musuh,"katanya.
Sudah 9 bulan Teman Ahok mengumpulkan kartu tanda penduduk warga Jakarta sebagai Gubernur DKI Jakarta melalui jalur independen. Mereka adalah pemuda-pemudi, berusia 23-25 tahun. Mereka menyatakan siap untuk menjadi tim pemenangan Ahok.