Rabu 16 Mar 2016 13:56 WIB

Tes Ulang Sampel Atlet Dilakukan Jelang Olimpiade 2016

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Citra Listya Rini
Olimpiade 2016
Olimpiade 2016

REPUBLIKA.CO.ID, RIO DE JENAIRO -- Komite Olimpiade Internasional (IOC) tengah melakukan pengujian ulang terhadap ratusan sampel atlet yang dikumpulkan pada Olimpiade London 2012 dan Beijing 2008. Hal itu dilakukan guna membasmi tindak kecurangan menjelang Olimpiade Rio de Jenairo di Brasil pada 5-21 Agustus mendatang.

Berbicara dalam simposium anti-doping di Lausanne, Swiss, Selasa (15/3), Direktur Medis IOC, Richard Budgett, mengatakan hasil pengujian ulang tersebut akan keluar dalam beberapa pekan atau bulan ke depan.

"Tujuan dari program tes ulang ini ialah untuk mencegah atlet yang curang di London atau Beijing, dan menjauhkannya dengan ini. Karena kita tidak memiliki metode yang canggih dari analisis seperti yang kita lakukan sekarang, dari kompetisi di Rio de Jenairo," kata Budgett dilansir dari Reuters, Rabu (16/3).

Budgett menambahkan, pihaknya berusaha untuk melindungi semangat para atlet yang bersih dari doping menjelang Olimpiade Rio 2016. Menurutnya, cara terbaik yang dilakukan ialah dengan menangkap atlet yang sudah melakukan penipuan dan mencegah mereka lolos ke olimpiade.

IOC menurutnya juga menyambut tugas baru WADA, yang mengumpulkan informasi dan mengidentifikasi atlet yang harus dimasukkan dalam daftar pengujian. Sampel olimpiade tersebut telah dibekukan oleh IOC selama 8 tahun, dan kini kembali diuji dengan metode baru. Evaluasi ini juga untuk melihat zat yang tidak diketahui pada saat kompetisi.

Sebelumnya, sampel Beijing yang kembali diuji beberapa bulan usai Olimpiade 2008 telah menghasilkan lima tes positif. Termasuk di antaranya juara atletik 1500 meter asal Bahrain, Rashid Ramzi. Sementara itu, lima atlet juga tertangkap setelah proses yang sama dilakukan usai Olimpiade Athena 2004.

Kasus doping telah membayangi pelaksanaan olimpiade. Yang mana, skandal tersebut telah melibatkan Asosiasi Federasi Atletik Internasional (IAAF), badan pengawas atletik, lintasan dan lapangan beberapa kompetitor. Selain itu, beberapa negara seperti Rusia dan Kenya bisa saja dicoret dari daftar negara peserta olimpiade.

Atletik telah diguncang oleh skandal doping pada 2015 lalu. Saat itu, Rusia diskors dari perhelatan olahraga, setelah Badan Anti-Doping Dunia (WADA) menemukan adanya program doping yang disponsori oleh negara.

Tidak menutup kemungkinan kasus ini bisa menyeret cabang olahraga tenis. Pasalnya, mantan petenis nomor satu dunia Maria Sharapova mengumumkan dirinya telah diuji positif menggunakan zat terlarang meldonium.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement