REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Detasement Khusus 88 (Densus 88) diharapkan dapat melakukan penanganan terhadap pelaku terorisme secara persuasif. Sebab jika melakukan penanganan dengan cara kekerasan akan memperbanyak pelaku terorisme lainnya.
"Cara menangani terorisme jangan dengan teror juga. Karena jika menangani teroris dengan gaya teroris juga, akan menjadi persoalan yang terus berkepanjangan," kata Ustadz Syuhada Bahri, Kamis (17/3).
Persoalan terorisme, kata mantan ketua umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) ini, dapat dilihat dari kesenjangan pemahaman agama dan ketidakadilan. Karena jika sumber-sumber penyebab terorisme tidak dapat dibenahi, mereka akan terus ada.
Ustaz Syuhada menuturkan penangkapan terduga teroris, seperti yang di Klaten oleh Densus 88 sangat disayangkan. Sebab penggeledahan terduga teroris Sulistiyo, adi hadapan anak-anak Taman Kanak-kanak.
Tentu saja hal tersebut dapat meninggalkan bekas psikologi kepada anak-anak. "Jadi saya menekankan, menangani terorisme jangan dengan kekerasan," kata Ustaz Syuhada mengingatkan.
Ustaz Syuhada berharap pertama lebih meningkatkan keadilan dan kesenjangan. Penanganan juga harus lebih persuasif dan dilihat dari faktor yang mempengaruhi terduga teroris.
"Jika pemahaman, beri pengetahuan secara benar. Kalau persoalan tentang ketidakadilan, lalu bagaimana kita menegakkan keadilan," terang dia menambahkan.