REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama meminta direksi PT Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta untuk memperlakukan proyek seperti bayi.
Basuki atau biasa disapa Ahok mengatakan, ada kontraktor yang kinerjanya tidak sesuai keinginannya sehingga ia mendepak kontraktor tersebut dari pelaksanaan proyek.
"Kemarin ada kendala, kontraktor dari Jepangnya enggak benar juga. Ada 57 green box salah cetak. Sama seperti kasus Tanjung Priok, kami mundur sampai 22 bulan," katanya kepada wartawan di Balai Kota, Jumat (18/3).
Ia pun meminta para direksi PT MRT agar memperlakukan proyek itu selayaknya bayi. Sedangkan, ia mengibaratkan kontraktor layaknya baby sitter dari sang bayi sehingga ia berharap proyek dapat diurus secara maksimal. Adapun bagi kontraktor yang kinerjanya tidak benar, ia berjanji akan menindaknya.
"Makanya saya bilang sama direksi, kalian itu harus seperti mengurus bayi. Kalau kalian punya bayi, enggak bisa bilang kalau bayi kamu ada di baby sitter. Kalau bayinya jatuh, mati, trus kamu masak jawab sama saya, itu baby sitter-nya sudah saya pidana, sudah saya pecat. Tapi, barang kita sudah rusak. Nah, itu yang saya kritik kepada direksi. Terlalu banyak bukan pengawasan, tapi seremonial. Enggak bisa itu, ngapain?" ujarnya.
Sementara itu, ia optimistis target penyelesaian proyek MRT bisa sesuai target. Meski ia mengakui, sempat ada masalah pembebasan lahan. "Masih sesuai progresnya. Cuma pembebasan tanah yang atas. Kita akan selesai pada 2018, mungkin operasinya mulai 2019," ucapnya.