REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Massa berdemonstrasi terkait angkutan berbasis aplikasi daring (online) menagih janji Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang bakal menyejahterakan sopir bajaj. Ratusan massa menuding Jokowi mengkhianati para sopir bajaj.
Mereka bahkan membawa poster berisi pesan sindiran bertuliskan, "Pak Presiden, waktu Bapak ke KPU, Bapak saya antar naik Bajaj. Sekarang kami mau mati di diemin aja! Piye to... Pak...???'
Salah seorang peserta aksi, Supri, menilai, Jokowi hanya menjadikan sopir bajaj sebagai ajang pencitraan dalam Pilpres 2014. Ketika itu, Jokowi bersama Jusuf Kalla mendatangi kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk mendaftar sebagai calon presiden dan calon wakil presiden dengan naik bajaj agar dikesankan merakyat.
"Jokowi sewaktu kampanye naik bajaj, setahun jadi presiden lupa dia dengan kami," kata Supri, di depan gedung DPR, Senayan, Selasa (22/3).
Supri menilai, Presiden ingkar dengan janji kampanyenya. Dia mengatakan, keberadaan angkutan berbasis aplikasi daring merugikan sopir bajaj juga sopir taksi lainnya. "Sekarang bajaj sengsara, kocar-kacir kami di jalanan," kata Supri.
Massa menuntut Presiden mundur kalau tidak bisa mencari solusi dari keberadaan transportasi daring tersebut. Mereka menuding keberadaan transportasi daring telah mencuri hak sopir kendaraan konvensional. "Kalau aplikasi tidak ditutup, artinya pemerintah membiarkan konflik di antara sopir angkutan," katanya.