Kamis 31 Mar 2016 16:08 WIB

Dinkes Bekasi: Tak Ada Warga Terkena Flu Burung

Rep: C38/ Red: Yudha Manggala P Putra
Ilustrasi.
Foto: Antara/Jojon
Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi Moharmansyah Boestari menyatakan, tidak ada warga yang terjangkit virus H5N1 atau flu burung di Kabupaten Bekasi. Kasus flu burung hanya ditemukan positif menjangkit unggas.

"Tahun ini tidak ada," kata Moharmansyah Boestari, lewat pesan singkat kepada Republika, Kamis (31/3). Selama Januari-Maret 2016, kasus flu burung di Kabupaten Bekasi hanya ditemukan positif pada unggas di tiga lokasi.

Dinas Kesehatan telah melakukan pemeriksaan terhadap pemilik ternak dan kesemuanya dinyatakan negatif. Mengantisipasi penularan pada manusia, Ari mengimbau warga untuk menjaga pola interaksi dengan unggas.

Senada, Kepala Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Kabupaten Bekasi, Wahyudi Asmar, mengatakan tidak ada pemilik unggas yang terbukti positif flu burung. Dinas Peternakan telah melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya biosecurity.

Menurut Wahyudi, jarak aman antara rumah dengan peternakan/kandang unggas harus diperhatikan. Khususnya, bagi pemilik unggas yang tinggal di perumahan. Ia menjelaskan, hewan kesayangan seperti burung seringkali justru berperan sebagai perantara. Kasus semacam itu pernah terjadi beberapa tahun silam di Cibitung.

Salah satu warga yang unggasnya dinyatakan positif flu burung oleh Dinas Peternakan, Paulus Hardi (45 tahun), menceritakan, dirinya sempat masuk ruang isolasi RS Prof Dr Sulianti Saroso selama tiga hari. Namun, hasil test laboratorium menunjukkan negatif flu burung.

"Waktu itu rasanya agak demam, flu, dan radang. Saya langsung bertindak, menjaga jangan sampai menjadi wabah," kata warga Tambun Selatan itu. Ia menuturkan awal mulanya, pada 7 Februari 2016 silam, beberapa ekor unggasnya mati mendadak dalam waktu berturut-turut.

Hardi memperkirakan, virus itu berasal dari seekor ayam yang dia beli di Pasar Mini Mangunjaya. Saat dibeli oleh istrinya, Hardi melihat kondisi ayam sudah kurang sehat. Hanya bertahan satu siang, ayam itu sudah mati. Selang beberapa hari kemudian, satu per satu unggasnya ikut mati.

Setelah membersihkan kandang dan membereskan unggas-unggas yang mati itulah, Hardi merasa kurang sehat. Tak ingin ambil risiko, lelaki 45 tahun itu langsung memeriksakan diri ke Klinik Husada Farma, Tambun. Ia juga melapor ke Dinas Kesehatan Kab Bekasi.

Petugas di Klinik Husada yang was-was langsung memberikan surat rujukan ke RS Medika Cibitung. Dari RS Medika, ia dirujuk lagi ke RS Penyakit Infeksi Prof Dr Sulianti Saroso, Jakarta. "Setelah menjalani sejumlah pemeriksaan laboratorium, rontgen, dan tes darah, saya dinyatakan hasilnya negatif," ujar Hardi.

Dinas Kesehatan dan Dinas Peternakan datang beberapa hari kemudian untuk melakukan sterilisasi dan depopulasi. Total ada 7 unggas yang dia piara, meliputi 3 ekor ayam kampung, 2 ekor entok, dan 2 ekor angsa. Sisanya yang masih hidup, seekor entok dan angsa betina, dimusnahkan oleh Dinas Peternakan.

Jumlah kasus flu burung di Kabupaten Bekasi meningkat dibanding tahun 2015 yang hanya tercatat sebanyak satu kasus. Pada 9 April 2015, sekitar 51 ekor ayam dan 5 ekor entok milik salah satu warga Kampung Tembong Gunung, RT 08/04 Desa Sukamahi, Cikarang Pusat positif terjangkit flu burung.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement