Ahad 10 Apr 2016 13:07 WIB

Perempuan dan Anak Tewas Tenggelam Saat Menyeberang ke Yunani

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ilham
Imigran tenggelam
Foto: www.abc.net.au
Imigran tenggelam

REPUBLIKA.CO.ID, ATHENA -- Pengungsi yang terdiri dari empat perempuan dan satu orang anak tenggelam di Pulau Samos, Yunani, Sabtu (9/4). Ini merupakan kematian pertama ketika berusaha mencapai Eropa melalui jalur Laut Aegea setelah kesepakatan antara Brussels dan Ankara untuk membatasi masuknya gelombang migran pada 20 Maret 2016.

"Lima orang dinyatakan selamat, tetapi lima orang lainnya termasuk wanita dan seorang anak tenggelam ketika perahu mereka terbalik," ujar juru bicara penjaga pantai Yunani seperti dikutip dari laman AFP, Ahad (10/4).

Juru bicara itu mengatakan, kapal penjaga pantai saat itu tengah mencari empat orang yang juga berada di perahu berukuran 3,5 meter (11 kaki) saat terbalik.

Penyeberangan migran yang memakan korban terakhir kali terjadi pada 14 Maret 2016 ketika delapan orang dilaporkan hilang di Pulau Kos. Di antara pengungsi yang selamat pada peristiwa perahu terbalik itu diduga merupakan seorang pelaku perdagangan orang. "Dia telah ditangkap," kata penjaga pantai.

Di bawah kesepakatan perjanjian Uni Eropa dengan Turki, seluruh migran gelap yang tiba di Kepulauan Yunan dikirimkan kembali ke Turki. Tujuannya untuk mencegah pendatang menyeberang Aegean menggunakan perahu yang rentan dengan memberikan ancaman mendeportasi mereka langsung ke negara asal mereka.

Untuk satu pengungsi Suriah yang dikirim kembali ke Turki, satu warga Suriah dimukimkan kembali di Eropa. Perjanjian ini mendapat kritikan tajam dari kelompok pendukung Hak Asasi Manusia (HAM).

Berdasarkan data dari organisasi migran internasional (IOM) sejak 1 Januari 2016, lebih dari 152 ribu orang tiba di Yunani melalui jalur laut dari Turki. Tiga per empat dari total pengungsi tersebut berasal dari Suriah. Kemudian sebanyak 366 orang tewas tenggelam dalam perjalanan.

Jumlah migran yang tiba di Kepulauan Yunani telah menurun dalam beberapa hari terakhir. Para penjaga pantai Yunani melaporkan bahwa 5 April 2016 adalah hari pertama tanpa kedatangan migran atau pengungsi melalui jalur laut sejak tahun lalu.

Turunnya angka tersebut sangat membantu karena Yunani menghadapi tugas berat untuk mengidentifikasi, memberikan tempat berlindung, dan memproses para pengungsi yang telah tiba. Menteri Urusan Luar Negeri Italia, Sandro Gozi mengatakan, pihaknya dan Albania telah bekerja bersama untuk mencegah keberadaan rute baru para migran melalui perbatasan Albania-Yunani. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement