REPUBLIKA.CO.ID, SRAGEN -- Para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) atau Buruh Migran Indonesia yang kembali ke Tanah Air tidak sedikit nasibnya tidak menentu. Beberapa dari mereka tidak tahu apa yang akan dilakukan dan bahkan sulit memperoleh pekerjaan.
Melatarbelakangi kondisi sebagian besar mantan TKI yang bermasalah tersebut,lembaga kemanusiaan Dompet Dhuafa menginisiasi Program Pemberdayaan Purna TKI. Program ini bertujuan meningkatkan usaha ekonomi keluarga mantan TKI melalui fasilitasi penguatan kegiatan ekonomi produktif.
“Selain meningkatkan usaha ekonomi, tujuan dari program pemberdayaan ini diharapkan mampu menjadi kerangka advokasi terhadap permasalahan yang dihadapi oleh TKI,'' ujar General Manager Program Ekonomi Dompet Dhuafa, Tendy Satrio dalam siaran pers yang diterima Republika, semalam (11/4).
Kegiatan tersebut, sambung Tedy, juga sebagai upaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengembangkan potensi diri dan lingkungannya dalam aspek ekonomi.
Dengan demikian, kata Tendy, para mantan TKI tidak menjadi pengangguran. Lebih dari itu, program diharapkan memunculkan mantan TKI sebagai pelaku usaha baru yang bisa mandiri dan membuka lapangan pekerjaan.
Kabupaten Sragen menjadi salah satu wilayah yang menjadi pemetik manfaat dalam program ini. Program pemberdayaan purna TKI Sragen berjalan selama enam bulan. Program ini direncanakan dilaksanakan selama satu tahun.
Sebanyak 30 perempuan menjadi pemetik manfaat di Sragen. Mereka mengembangkan beberapa usaha seperti aneka kripik, ternak burung puyuh, budidaya jangkrik dan budidaya jamur tiram. “Kabupaten Sragen dipilih karena banyak mantan TKI di wilayah tersebut,'' ujar Tendy menjelaskan.