REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Demokrat berpeluang mencegah polarisasi dalam pemilihan kepala daerah DKI Jakarta bila mengajukan calon yang tepat.
Pengamat politik asal Universitas Nasional Mohammad Hailuki di Jakarta, Selasa (12/4) mengatakan sosok yang diajukan oleh partai besutan Susilo Bambang Yudhoyono dalam Pilkada DKI 2017 mendatang seharusnya dapat menjembatani berbagai kepentingan golongan masyarakat dan mengakomodasi berbagai golongan.
"Meski perhelatan pilkada baru akan digelar tahun depan, namun kedua kutub yang berseberangan telah memulai 'peperangan' di berbagai level dan lini," ucapnya.
Salah satu sosok yang dipandang mampu diterima semua pihak, menurut Luki, bisa jadi ada pada Soekarwo yang saat ini menjabat sebagai Gubernur Jawa Timur, yang karig disapa Pakde Karwo.
"Munculnya Karwo akan membuat posisi Demokrat menjadi pemain kunci, bukan sekadar pelengkap dalam konstetasi Pilkada DKI. Karena dengan perolehan 10 kursi Demokrat bisa menjalin koalisi 'poros tengah' dengan parpol nasionalis lainnya agar memenuhi persyaratan minimum," ujarnya.
Ditambahkannya, elektabilitas Karwo dalam setahun ke depan berpotensi terus meningkat apabila sosialisasi mulai dilakukan Demokrat pada pertengahan tahun ini.
Terlebih sosok Pakde Karwo yang selama ini tercitrakan bijak, tenang, ramah, humoris dan matang tidak didapati pada sosok cagub DKI yang ada saat ini seperti Ahok, Adhyaksa Dault, Yusril Ihza Mahendra dan Sandiaga Uno.
Demokrat sebagai parpol yang mengklaim modern tentu perlu mempertimbangkan untuk mengusung Karwo sebagai cagub DKI.
Dengan mengusung calon alternatif, diharapkan Demokrat bisa menjalankan fungsi parpol sebagai pengendali konflik, sekaligus perkuat dukungan terhadap sistem politik di DKI.