Rabu 13 Apr 2016 20:11 WIB

Rousseff: Wapres Berkonspirasi Singkirkan Saya

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Ani Nursalikah
President of Brazil, Dilma Rousseff
Foto: AP Photo/Andre Penner
President of Brazil, Dilma Rousseff

REPUBLIKA.CO.ID, BRASILIA -- Presiden Brasilia Dilma Rousseff mengatakan wakil presidennya melakukan konspirasi untuk menyingkirkannya, Selasa (12/4). Hal itu, tuduhnya, dilakukan sebagai upaya untuk mencegah Rousseff mendapat momentum di Kongres.

Dibantu mentor dan pendahulunya, Luiz Inacio Lula da Silva, Rousseff berusaha mengamankan cukup dukungan di Kongres. Demi menghalangi pendakwaan dalam pemungutan suara di majelis rendah pada Ahad.

Pengamat memperirakan Rousseff akan kalah. Komite Kongres melakukan pemungutan suara pada Senin dengan marjin yang diharapkan lebih besar untuk merekomendasikan Rousseff didakwa karena melewati batas dana dukungan untuknya dalam pemilu 2014.

Rousseff mengatakan semua tuduhan itu dibuat-buat untuk menyingkirkannya dari posisi presiden. Sementara Rousseff memperjuangkan posisinya, pemerintahnya mulai terguncang dengan resesi dalam dan skandal korupsi terbesar sepanjang sejarah.

"Mereka melakukan konspirasi terang-terangan, di siang hari, untuk mengguncang presiden terpilih terlegitimasi," kata Rousseff dalam pidatonya pada Selasa. Ia merujuk pada pesan suara yang dikirim Wakil Presiden Michel Temer pada pendukungnya.

Temer menyeru pada pemerintah persatuan nasional untuk mengatasi krisis politik Brasil. Keputusan komite kongres juga didukung oleh partai Temer, PMDB yang dulunya mantan sekutu koalisi.

Temer akan mengambil alih posisi presiden jika Senat sepakat untuk menangguhkan Rousseff dan memproses dakwaan melawannya. Kini ketegangan antara Rousseff dan Temer telah mencapai puncak setelah rekaman suara Temer dirilis.

"Konspirator kini sudah melepas topengnya," kata Rousseff. Ia tidak menyebut nama Temer namun kata-katanya merujuk pada bukti pesan suara yang ia sebut kudeta.

Baca: Duh, Pencuri Gasak Ternak Cacing Milik Anak PAUD

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement