REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) melaporkan produksi beras di momen panen raya 2016 melimpah. Namun, penyerapan hasil panen tersebut oleh Perum Bulog masih rendah yakni baru mencapai 162 ribu ton pada kuartal I 2016.
"Penyerapan hingga Mei nanti diperkirakan 753 ribu ton," kata Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman pada Rapat Kerja (Raker) dengan Komisi IV DPR-RI tentang Evaluasi dan Serapan Anggaran 2016, di Jakarta, Kamis (14/4).
Kementan melakukan sejumlah upaya mendorong Bulog memaksimalkan penyerapan gabah petani agar diperoleh target penyerapan gabah hingga empat juta ton sepanjang 2016. Hal itu di antaranya dengan mencanangkan program Serap Gabah Petani 2016. Program tersebut difokuskan di tujuh provinsi yakni Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, Lampung, dan Nusa Tenggara Barat.
Salah satu kendala utama penyerapan gabah, kata dia, yakni harga gabah petani yang turun signifikan. Pada Januari-Februari 2016, ada penurunan harga beras 4,37 persen. Penurunan kemudian terjadi secara signifikan pada Februari-Maret hingga 21,58 persen.
Di sisi lain, harga beras di tingkat konsumen tidak mengalami penurunan serupa. Jika ada, itu hanya sedikit yakni 0,02 persen pada periode Januari-Februari dan hanya 0,24 persen di Februari-Maret. "Tampak sekali, petani banyak dirugikan dari harga tersebut," ujarnya.
Secara umum, Amran melaporkan produksi padi meningkat di kuartal pertama 2016. Di mana, luas panen mencapai 3,86 juta hektare dan pada Januari-Maret diperkirakan luas panen mencapai 7,18 juta hektare.