REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para elite politik yang akan bersaing di Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017 mendatang diharapkan mampu menunjukkan contoh yang baik bagi masyarakat. Hal ini lantaran, pesta demokrasi lima tahunan masyarakat Jakarta ini diyakini akan menyita banyak perhatian publik.
Koordinator Nasional Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR), Masykurudin Hafidz mengingatkan, ucapan dan tindakan para aktor politik dan tokoh masyarakat berpengaruh terhadap kehidupan sosial pendidikan masyarakat.
Menurutnya, bukan hanya masyarakat pemilih, tetapi juga anak-anak di bawah usia 17 tahun yang memperhatikan tindak tanduk perilaku elit politik tersebut. "Dua juta anak-anak Jakarta yang mendengar ucapan dan membaca perilaku elit pasti berdampak langsung terhadap memori mereka," kata Masykurudin, Jumat (15/4).
Karenanya, jangan sampai perilaku elit politik lebih mengedepankan cara komunikasi yang keras dan meremehkan antar sesama, atau bersumpah dan berjanji akan melakukan tindakan yang tidak masuk akal.
Hal ini karena pengetahuan politik anak-anak masih sangat terbatas, sehingga khawatir yang ditangkap oleh anak-anak bahwa perbuatan yang tidak mendidik itu menjadi hal yang dibenarkan. Oleh karena itu menurutnya, kebenaran yang ingin ditunjukkan pelaku elit harus tetap disampaikan dengan cara yang santun.
"Tentu dengan cara-cara yang jujur dan tidak pura-pura, demikian pula, melakukan sumpah yang tidak rasional dan melukai fisik," kata Masykur.
Diketahui, meski Pilgub DKI Jakarta baru akan dilakukan pada 15 Februari 2017, namun nuansa persaingan politik sudah terasa sejak saat ini di berbagai media, salah satunya media sosial.
Sejumlah tokoh politik pun bermunculan dari berbagai lantar belakang dan akan menjadi pesaing calon Gubernur dari pejawat Basuki Tjahaja Purnama yang disebut-sebut maju kembali dari jalur independen.