REPUBLIKA.CO.ID, MIAMI -- Segitiga Bermuda selalu menjadi misteri yang menarik untuk dipecahkan. Berbagai kasus hilangnya pesawat dan kapal telah menjadi bukti betapa berbahayanya kawasan itu.
Beragam hipotesis yang saintifik seperti adanya pusaran air, kesalahan teknis, dan daya gravitasi sudah mengemuka. Bahkan yang sifatnya paling mistis seperti adanya pangkalan UFO dan lorong waktu juga meramaikan perdebatan.
Bermuda sendiri merupakan wilayah lautan di Samudra Atlantik dengan luas sekitar empat juta kilometer persegi. Garis segitiga terbentuk antara Bermuda, wilayah teritorial Britania Raya sebagai titik di sebelah utara, Puerto Riko, teritorial Amerika Serikat sebagai titik di sebelah selatan dan Miami, negara bagian Florida, Amerika Serikat sebagai titik di sebelah barat.
Berdasarkan sejarah, kehadiran Segitiga bermuda sudah disadari oleh penjelajah kenamaan, Christopher Columbus. Ia mencatat mengenai anomali pada kompas yang digunakannya ketika kapalnya melewati kawasan tersebut pada 1492.
Berabad-abad kemudian, tepatnya pada 5 Desember 1945, lima pesawat TBM Avenger dari Skuadron Angkatan Udara Amerika Serikat, yang populer disebut Flight 19, secara tiba-tiba hilang ketika menjalani latihan di kawasan itu. Skuadron tempur yang terkenal dengan sebutan Flight 19 itu hilang tanpa jejak sampai saat ini.
Setelah itu, pada tahun 1950-an, beragam kisah tentang peristiwa aneh di Segitiga Bermuda mulai mengemuka. Para ahli sejarah pun meneliti catatan-catatan yang tersisa dan menemukan sekitar 300 kapal dan banyak pesawat lainnya hilang di daerah itu sepanjang abad ke-20.
Nama Segitiga Bermuda sering pula disebut Segitiga Iblis yang dipopulerkan oleh Vincent Gaddis. Pelabelan itu muncul pada tulisannya di majalah Argosy pada 1964 tentang peristiwa-peristiwa misterius yang terjadi di kawasan tersebut.
Berikut korban lain Segitiga Bermuda: