REPUBLIKA.CO.ID, BANDARLAMPUNG - Menteri Agama Lukman Hakim Saefudin menyatakan keprihatinannya pengajian kitab kuning di pondok pesantren semakin berkurang. "Kajian kitab kuning di sejumlah pesantren saat ini berdasarkan hasil penelitian semakin berkurang padahal terdapat ribuan kitab kuning yang dapat dipelajari oleh para santri karya ulama besar di Tanah Air maupun luar negeri," kata dia, pada acara Halaqah Pimpinan Ponpes se-Lampung, di Asrama Haji Bandarlampung, Senin.
Ia menyatakan berkurangnya kajian kitab kuning karya ulama klasik, karena banyak ponpes yang disibukkan dengan bidang lain selain mengajarkan agama. Menurutnya, banyak ponpes yang disibukkan dengan hal lain di luar mempelajari agama Islam dan kajian kitab kuning seperti bercocok taman, mengelola koperasi, UMKM, pertanian, dan sebagainya. "Sehingga kajian ilmu agama dengan mempelajari kitab kuning semakin berkurang karena santri maupun ustaz, kiyai atau ulama disibukkan dengan hal-hal lain," kata dia.
Ia menyatakan, keberadaan pesantren sebagai sumber lahirnya ulama semakin penting mengingat kian kompleksnya permasalahan yang dihadapi masyarakat dan besarnya kebutuhan mereka akan bimbingan para ulama. Dengan demikian, lahirnya para ulama yang kompeten semakin krusial.
Apalagi di tengah-tengah masyarakat yang semakin kritis dan mampu mengakses berbagai sumber rujukan agama dari internet yang semakin mudah didapat. "Penguasaan kitab kuning dan khazanah klasik Islam serta kitab putih merupakan keniscayaan," katanya.
Sebelumnya, Wakil Gubernur Lampung Bachtiar Basri mengatakan lomba membaca kitab kuning/kitab "Fathul Mu'in" adalah salah satu cara menghargai karya dan intelektual Islam pada masa silam.
Baca juga, Ini Alasan PKS Gelar Lomba Kitab Kuning.