REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Sedikitnya 21 orang termasuk sembilan anak meninggal setelah perahu yang mereka tumpangi terbalik di perairan lepas pantai Negara Bagian Rakhine, Myanmar, Selasa (20/4).
Menurut juru bicara kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (UNOCHA) di Myanmar, Piere Peron, perahu itu mengangkut sekitar 60 penumpang dari sebuah kamp ke pasar lokal untuk melakukan pembelian. "Mayoritas penumpang di perahu itu pengungsi dari kamp Sin Tet Maw di Pauktaw Township," kata Peron, dilansir dari Channel News Asia, Rabu (20/4).
Ia menambahakan, jumlah korban jiwa diperkirakan akan meningkat karena banyak penumpang yang masih belum ditemukan. Seorang kolonel dari Kementerian Keamanan Perbatasan dan Urusan Negara mengonfirmasi kabar kecelakaan tersebut. Namun, menurut mereka, korban tewas berjumlah 14 orang.
"Perahu itu tenggelam karena gelombang berat di laut," ujar pejabat yang namanya enggan disebutkan.
Negara Bagian Rakhine di Myanmar bagian barat adalah rumah bagi banyak kamp IDP yang ditempati ribuan etnik Rohingya. Rohingya merupakan minoritas Muslim yang sebagian besar tidak bernegara dalam kondisi seperti aparteid setelah kekerasan komunal di wilayah tersebut pada 2012.
Rakhine secara mendalam terluka oleh kekerasan komunal antara umat Buddha dan Muslim Rohingya yang dimulai pada 2012. Rohingya tidak diakui kewarganegaraannya dan akses mereka ke perawatan kesehatan sangat dibatasi oleh otoritas.
Puluhan ribu orang melarikan diri ke negara-negara tetangga seperti Thailand, Malaysia, dan Indonesia. Sebuah krisis regional muncul tahun lalu setelah tindakan keras Thailand pada penyelundupan manusia yang meninggalkan yak Rohingya di darat dan di laut.