REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Jawa Barat mencatat kasus kematian pasien demam berdarah dengue (DBD) sejak awal tahun hingga hari ini, Jumat (22/4), sebanyak 32 orang.
"Kasus DBD yang kami tangani hingga saat ini telah mencapai 1.600 pasien dari sejumlah kecamatan di kota ini," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Anne Nur Chandani Handayani di Bekasi.
Namun, di antara pasien itu ada pula yang berasal dari Kabupaten Bekasi dan Jakarta. Menurut Anne, pihaknya kesulitan melakukan kontrol lapangan akibat minimnya kader juru pemantau jentik (jumatik).
"Oleh karena itu, kami sudah menyosialiasikan agar satu rumah memiliki satu orang yang intens melakukan jumantik," katanya.
Menurut dia, peran serta warga dalam melakukan pemantauan jentik nyamuk penyebab DBD sangat penting guna menjaga keamanan lingkungan dari wabah DBD. "Meningkatnya angka penderita DBD di Kota Bekasi tidak hanya menjadi tanggung jawab Dinas, tetapi juga harus ada kerja sama semua unsur pemerintah dan masyarakat," katanya.
Direktur Utama RSUD Kota Bekasi, Titi Masrifahati mengatakan, penanganan pasien DBD di tempatnya mulai berangsur turun. "Mungkin karena musim hujan mulai berganti dengan musim panas. Data penderita DBD yang ada di RSUD sudah menurun angkanya hampir 25 persen," katanya.
Pada bulan Januari, kata dia, terdapat 50 pasien, kemudian pada bulan Februari 237 pasien, Maret 270 pasien, dan April 20 pasien. "Saat ini masih banyak yang dirawat, tetapi angkanya terus berkurang. Kita berharap agar warga tetap menjaga kebersihan lingkungan dan membasmi sarang nyamuk," katanya.