REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Petani garam asal Kabupaten Karawang menjerit karena harga garam saat ini mengalami kemerosotan. Harganya hanya Rp 400-500 per kilogram. Padahal, di tahun-tahun sebelumnya, pada trimester kedua ini, harga garam biasanya tembus di kisaran Rp 800 per kilogram.
Ketua Forum Komunikasi Kelompok Usaha Garam Rakyat (FKKugar) Kabupaten Karawang Aep Suhardi mengatakan salah satu penyebab anjloknya harga garam akibat membanjirnya garam dari Indramayu dan Cirebon ke sentra-sentra pengolahan ikan asin di Karawang. Akibatnya, garam asli buatan petani Karawang kalah bersaing.
"Padahal, momen sekarang ini yang jadi harapan petani, yaitu, saat musim hujan biasanya harga garam tinggi. Tapi, sekarang justru rendah," ujar Aep kepada Republika.co.id, Ahad (24/4).
Jadi, lanjutnya, sia-sia petani menyetok garam karena harganya juga hampir sama saja ketika di jual saat panen raya. Saat ini, stok garam yang disimpan petani masih cukup banyak, mencapai 200 ton.
Garam tersebut biasanya di jual ke sentra-sentra pengolahan ikan asin atau ke industri. Namun, sekarang ini peminatnya sepi. Kalaupun ada, harganya tak sesuai dengan harapan petani.
Meski demikian, lanjut Aep, petani akan tetap memproduksi garam. Tahun ini, sekitar 200 hektare lahan disiapkan untuk tanam garam. Lahan tersebut, tersebar di Cilamaya Weta, Cilamaya Kulon, dan Tempuran. Target produksinya di atas 100 ton per hektare.