REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) atau operator minyak dan gas bumi nasional tak bisa menghindari pengurangan sumur produksi saat ini. Alasannya apalagi kalau bukan rendahnya harga minyak dunia yang memukul industri hulu minyak dan gas nasional.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan, kondisi ini menambah laju penurunan produksi dari tahun ke tahun akibat tidak adanya temuan cadangan baru.
Kementerian ESDM mencatat, pengeboran sumur produksi hingga April 2016 tercatat ada 85 sumur. Sedangkan pada 2015 terdapat 167 sumur produksi. Ia menambahkan, imbas dari rendahnya harga minyak dunia juga memaksa perusahaan migas mengerem kegiatan eksplorasi. Kondisi ini lantas berujung pada semakin menurunnya cadangan terbukti yang ada tanpa diikuti penemuan cadangan baru dari hasil eksplorasi.
"Ada penurunan kita akan evaluasi lagi, karena harga minyak rendah, jadi pemboran sumur produksi terjadi penurunan. Kita lihat cadangan minyaknya kita lihat karena diambil terus tentu akan menurun. Ada juga beberapa lapangan yang tidak aktif di WK eksploitasi. Jadi cadangan kita memang turun karena belum ada temuan besar," ujar Wiratmaja di Kantornya, Selasa (26/4).
Wakil Presiden Asosiasi Perminyakan Indonesia Ignatius Tenny Wibowo menyebutkan, dalam investasi lapangan baru memang pembangunan fasilitas produksi yang paling banyak menyedot biaya. Namun, lanjutnya, beban KKKS dalam melakukan produksi bisa ditekan dengan kebijakan pemerintah dalam mempermudah perizinan.