REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembangunan apartemen yang berada di belakang Rumah Sakit PGI Cikini dikhawatirkan merusak rumah pelukis ternama Indonesia Raden Saleh.
"Kami khawatir pembangunan gedung apartemen tersebut merusak rumah ini, karena sebelumnya sudah membuat bangunan bangsal rawat inap rusak," ujar Direktur Penunjang Medik RS PGI, Karl Hendrik Silaen di Jakarta, Selasa (26/4).
Hendrik menyebut pembangunan apartemen tersebut telah membuat bangunan rawat inap retak, akibatnya kapasitas rawat inap di rumah sakit tersebut berkurang dari 326 menjadi 174 pasien. "Padahal bangsal tersebut, merupakan bangunan modern," katanya.
Akibat berkurangnya kapasitas rawat inap tersebut membuat pihaknya tidak bisa menerima banyak pasien. Bangsal rawat inap tersebut hanya berjarak tiga meter dari rumah Raden Saleh tersebut.
Karl mengkhawatirkan pembangunan apartemen yang mencapai 30 lantai itu akan merusak rumah Raden Saleh yang menjadi bangunan cagar budaya itu.
"Kami meminta agar pembangunan apartemen tersebut dikaji kembali," ucapnya.
Rumah tersebut dibangun oleh Raden Saleh sekembalinya dari Eropa. Rumah itu dibangun oleh Raden Saleh di atas tanah milik istrinya pada 1852.
Rumah tersebut hanya ditempati oleh Raden Saleh hingga 1862, kemudian dilelang oleh istri pertamanya Constantia N Winkelhagen pada 1967 dan dibeli oleh seorang tuan tanah Sayid Abdullah bin Alwi Alatas.
Pada 1897, rumah tersebut kembali dijual kepada sepasang suami istri warga negara Belanda, Dominee Cornelis de Graaf yang membutuhkan tempat untuk pelayanan kesehatan.
Pada zaman penjajahan Jepang, rumah sakit itu difungsikan sebagai rumah sakit tentara. Setelah Indonesia merdeka, pengelolaan dikembalikan kepada yayasan lama yang kemudian memberikannya pada Dewan Gereja Indonesia. Saat ini, rumah Raden Saleh masih digunakan sebagai kantor RS PGI Cikini.