REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keberhasilan pembebasan 10 dari 14 warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi sandera kelompok Abu Sayyaf cukup melegakan dan patut disyukuri. Pasalnya, kesepuluh sandera dibebaskan dalam keadaan sehat dan selamat.
Namun, Wakil Ketua Komisi I DPR Hanafi Rais meminta pemerintah dan publik tidak larut dalam euforia. "Karena masih ada empat tawanan yang nasibnya belum pasti," kata Hanafi kepada Republika.co.id, Senin (2/5).
Politikus Partai Amanat Nasional (PAN) tersebut mengapresiasi diplomasi multijalur yang dijalankan oleh para pihak, baik pemerintah (termasuk TNI di dalamnya) maupun dari nonpemerintah. "Di mana kelompok dan tokoh agama, lembaga sosial, aktivis perdamaian, dan individu-individu lain bekerja secara simultan melakukan upaya pembebasan sandera tanpa melibatkan kekerasan," kata dia.
Seperti diberitakan sebelumnya, kelompok Abu Sayyaf akhirnya membebaskan 10 WNI pada Ahad (1/5). Para sandera tersebut merupakan awak kapal tongkang Anand 12 dan Brahma 12 yang membawa 7.000 ton batu bara dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan, menuju Filipina. Kapal itu bertolak pada 15 Maret dan kemudian dibajak Abu Sayyaf di perairan Sulu pada 27 Maret lalu.
Para sandera yang dibebaskan Abu Sayyaf adalah Peter Tonson (30) asal Batu Aji, Batam; Julian Philip (49) asal Minahasa; Alvian Elvis Peti (32) asal Tanjung Priok, Jakarta; Mahmud (31) asal Banjarmasin, Kalimantan Selatan; Surian Syah (32) asal Kendari, Sulawesi Tenggara; Surianto (30) asal Gilireng Wajo, Sulawesi Selatan; Wawan Saputra (22) asal Palopo, Sulawesi Selatan; Bayu Oktavianto (22) asal Klaten, Jawa Tengah; Reynaldi (25) asal Makassar, Sulawesi Selatan; dan Wendi Raknadian (28) asal Padang, Sumatra Barat.