Rabu 04 May 2016 18:30 WIB

BPS: Pertumbuhan 5,3 Persen Masih Bisa Tercapai

Red: Nidia Zuraya
Pertumbuhan ekonomi (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Pertumbuhan ekonomi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin menilai proyeksi pertumbuhan ekonomi pada akhir tahun sebesar 5,3 persen masih bisa tercapai, meskipun ekonomi Indonesia hanya tumbuh 4,92 persen pada kuartal I 2016.

"Kami menganggap peluang masih ada, apalagi 'start' pada kuartal I 2016 sebesar 4,92 persen, lebih baik dari triwulan I-2015 yang hanya tercatat 4,73 persen," kata Suryamin di Jakarta, Rabu (4/5).

Suryamin menjelaskan pertumbuhan ekonomi masih bisa tumbuh lebih baik pada periode berikutnya, karena sektor konstruksi dan pertanian bisa memberikan kontribusi yang lebih maksimal terhadap perekonomian nasional di triwulan tersisa. "Sektor pertanian masih berpeluang tumbuh, karena masa panen bergeser ke kuartal II. Sementara, penyerapan belanja modal pemerintah untuk infrastruktur bisa mendukung investasi (PMTB) di tiga triwulan berikutnya," ujarnya.

Suryamin optimistis perekonomian nasional bisa tumbuh sesuai potensinya, asalkan pemerintah bisa memanfaatkan momentum yang ada untuk melahirkan kebijakan dan strategi yang tepat, untuk mendorong kinerja sektor riil dan jasa.

Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Suhariyanto menambahkan konsumsi rumah tangga yang melambat pada kuartal I juga berpeluang memberikan sumbangan terhadap perekonomian Indonesia pada 2016. Meskipun demikian, Suhariyanto mengatakan, konsumsi rumah tangga sedang dalam tren yang melambat sepanjang tahun, sebagai dampak dari perekonomian global yang masih mengalami perlemahan.

"Kalau kita lihat, inflasi di hampir seluruh negara rendah, karena 'demand' yang rendah. Namun biasanya kalau ada puasa dan lebaran, konsumsi rumah tangga bisa meningkat pada kuartal II dan III," ujarnya.

Selain itu, ia mengharapkan penyerapan belanja modal pemerintah yang bermanfaat untuk proyek infrastruktur bisa lebih merata sepanjang tahun, agar efeknya bisa meningkatkan pertumbuhan sektor investasi."Penyerapan anggaran yang tidak merata merupakan hal yang harus dibenahi, kalau terlalu curam tidak bagus juga. Tapi pada kuartal I memang selalu ada kendala di administrasi," kata Suhariyanto.

Meskipun demikian, sektor ekspor dan impor yang tumbuh negatif pada kuartal I 2016 diperkirakan masih mengalami kontraksi di sepanjang tahun, seiring dengan perlambatan ekonomi di negara tujuan ekspor, penurunan harga komoditas, perlemahan permintaan domestik dan depresiasi rupiah.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement