REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pemberdayaan perempuan Yohana Yembise, Menteri Kebudayaan Anies Baswedan, dan Menteri Agama Lukman Hakim Saefuddin berkumpul bersama ratusan aktivis menggelar doa dan menyalakan ratusan lilin dalam acara 'Save Our Sisters' di Tugu Proklamasi Jakarta, Jumat (13/5) malam WIB.
Mereka berdoa, berorasi, dan menggelar talk show memprotes kekerasan seksual menimpa anak-anak dan perempuan. Momen tersebut sekaligus digunakan memperingati 40 hari tewasnya Yy (14 tahun), yang diperkosa 14 lelaki.
Acara diawali dengan doa bersama yang dipimpin Kiai Maman Imanul Haq. Salah satu panitia Ilma Sovri Yanti menyatakan, pemerintah dan DPR saatnya menyepakati UU Penghapusan Kekerasan Seksual yang berpihak pada korban pemerkosaan.
Kemudian, dibacakan pula puisi karya Denny JA oleh Monica Anggi Puspita, tentang kekerasan seksual yang dialami Yuyun. Berikut isi puisi tersebut:
Tangis Yuyun Kepada Ibunya
Ibu, sempat terdengarkah suaraku?
Kupanggil berkali-kali namamu
Saat belasan orang memperkosaku
yang ingin kulihat hanya wajahmu
"Ibu, tolong aku.."
"Ibuuuuuuu, ibuuuuuuu...."
Kuteriakkan lagi dan lagi
Saat aku takut
Saat aku sakit
Saat aku menjerit
Saat aku menangis sejadi-jadinya
Bulan ditusuk samurai
Melati putih disiram lumpur
Ranting muda patah
Tak kuasa dideru angin
Siang itu
2 April hari Sabtu
Dari sekolah kubawa bendera
Tugasku mencucinya di rumah
Untuk hari Senin upacara
Tiada istimewa
Kulewati kebun karet biasa
Aku pulang sendiri
Berjalan kaki
Seperti saban hari
Sambil berjalan selalu
Kubayangkan cita-citaku
Menjadi guru
14 tahun sudah usiaku
Kuingin sekali membuatmu bangga ibu
Di dahan pohon itu
Kulihat seekor burung berkicau selalu
Tak pernah kulihat sebelumnya
Kicauannya kudengar tiada pernah
Aku terdiam berhenti
Menyimaknya dengan teliti
Entah mengapa
Hatiku tiba tiba hampa
Seperti luka
Yang menganga
Aku terus saja berjalan
Kujumpa remaja bergerombol belasan
Kukenali yang ini dan itu
Mereka kakak kelasku
Tapi aku mulai was-was
Karena mereka bau minum keras
Mata mereka ganas
Menjelma menjadi harimau buas
Tapi ibu
Cepat sekali mereka menerkamku
Dengan paksa ingin menciumku
Astaga, mereka merobek bajuku
Aku takut, ibu
Kupanggil namamu
Aku melawan sebisaku
Sekuat tenagaku
Aku meronta
Aku berteriak
Aku menangis keras
Tapi mereka lebih kuat, ibu
Mereka pukul kepalaku
keras sekali dengan kayu
Mereka ikat tanganku
Mereka cekik leherku
Aku mereka bawa paksa
Menjauh ke semak-semak sana
Tempat itu sepi sekali
Tambah membuatku ngeri
Astaga ibuuuuu..
Mereka memperkosaku
Belasan mereka bergiliran
Lagi dan lagi bergantian
Ampuuuunnnn...
Aku menangis
Aku terjang
Melawan yang aku bisa
Berkali-kali ibu
Kupanggil namamu
Hingga tiada lagi rasa
Tiada suara
Tiada warna
Tiada apa
Bunga segar jatuh ke tanah
Tak berdaya dan punah
Ibu, tak kuduga aku mati muda
kini aku di alam berbeda
Kulihat jasadku merana
Mereka tutupi dengan daun
Seolah tanaman yang rimbun
Burung yang aku lihat di kebun karet itu
Kulihat lagi di alamku yang baru
Ia terus berkicau
Kini bisa kulihat suaranya
Di hati banyak orang bergema
Membangunkan nurani sebuah negeri
Kulihat para sahabat di banyak tempat
Menyalakan lilin untukku
Agar tiada lagi kekerasan
Bagi perempuan
Bagi bocah ingusan
Ibu, burung itu berbisik teduh
Ia berkata padaku
Jangan lagi aku bersedih
Kematianku tidak sia-sia
para pejuang di seluruh negeri
Menjadikan deritaku
Sebagai derita mereka
Aku menangis ibu
Terharu
Kukatakan pada burung itu
Jangan lagi ada seperti aku
Jakarta, Mei 2016