Sabtu 14 May 2016 14:31 WIB

Lilin dan Puisi untuk Yy yang Diperkosa 14 Lelaki

Tagar #NyalaUntukYuyun yang sempat meramaikan Twitter terkait dengan seorang siswi SMP, Yuyun yang tewas karena diperkosa
Foto: Twitter
Tagar #NyalaUntukYuyun yang sempat meramaikan Twitter terkait dengan seorang siswi SMP, Yuyun yang tewas karena diperkosa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pemberdayaan perempuan Yohana Yembise, Menteri Kebudayaan Anies Baswedan, dan Menteri Agama Lukman Hakim Saefuddin berkumpul bersama ratusan aktivis menggelar doa dan menyalakan ratusan lilin dalam acara 'Save Our Sisters' di Tugu Proklamasi Jakarta, Jumat (13/5) malam WIB.

Mereka berdoa, berorasi, dan menggelar talk show memprotes kekerasan seksual menimpa anak-anak dan perempuan. Momen tersebut sekaligus digunakan memperingati 40 hari tewasnya Yy (14 tahun), yang diperkosa 14 lelaki.

Acara diawali dengan doa bersama yang dipimpin Kiai Maman Imanul Haq. Salah satu panitia Ilma Sovri Yanti menyatakan, pemerintah dan DPR saatnya menyepakati UU Penghapusan Kekerasan Seksual yang berpihak pada korban pemerkosaan.

Kemudian, dibacakan pula puisi karya Denny JA oleh Monica Anggi Puspita, tentang kekerasan seksual yang dialami Yuyun. Berikut isi puisi tersebut:

Tangis Yuyun Kepada Ibunya

Ibu, sempat terdengarkah suaraku?

Kupanggil berkali-kali namamu

Saat belasan orang memperkosaku

yang ingin kulihat hanya wajahmu

"Ibu, tolong aku.."

"Ibuuuuuuu, ibuuuuuuu...."

Kuteriakkan lagi dan lagi

Saat aku takut

Saat aku sakit

Saat aku menjerit

Saat aku menangis sejadi-jadinya

Bulan ditusuk samurai

Melati putih disiram lumpur

Ranting muda patah

Tak kuasa dideru angin

Siang itu

2 April hari Sabtu

Dari sekolah kubawa bendera

Tugasku mencucinya di rumah

Untuk hari Senin upacara

Tiada istimewa

Kulewati kebun karet biasa

Aku pulang sendiri

Berjalan kaki

Seperti saban hari

Sambil berjalan selalu

Kubayangkan cita-citaku

Menjadi guru

14 tahun sudah usiaku

Kuingin sekali membuatmu bangga ibu

Di dahan pohon itu

Kulihat seekor burung berkicau selalu

Tak pernah kulihat sebelumnya

Kicauannya kudengar tiada pernah

Aku terdiam berhenti

Menyimaknya dengan teliti

Entah mengapa

Hatiku tiba tiba hampa

Seperti luka

Yang menganga

Aku terus saja berjalan

Kujumpa remaja bergerombol belasan

Kukenali yang ini dan itu

Mereka kakak kelasku

Tapi aku mulai was-was

Karena mereka bau minum keras

Mata mereka ganas

Menjelma menjadi harimau buas

Tapi ibu

Cepat sekali mereka menerkamku

Dengan paksa ingin menciumku

Astaga, mereka merobek bajuku

Aku takut, ibu

Kupanggil namamu

Aku melawan sebisaku

Sekuat tenagaku

Aku meronta

Aku berteriak

Aku menangis keras

Tapi mereka lebih kuat, ibu

Mereka pukul kepalaku

keras sekali dengan kayu

Mereka ikat tanganku

Mereka cekik leherku

Aku mereka bawa paksa

Menjauh ke semak-semak sana

Tempat itu sepi sekali

Tambah membuatku ngeri

Astaga ibuuuuu..

Mereka memperkosaku

Belasan mereka bergiliran

Lagi dan lagi bergantian

Ampuuuunnnn...

Aku menangis

Aku terjang

Melawan yang aku bisa

Berkali-kali ibu

Kupanggil namamu

Hingga tiada lagi rasa

Tiada suara

Tiada warna

Tiada apa

Bunga segar jatuh ke tanah

Tak berdaya dan punah

Ibu, tak kuduga aku mati muda

kini aku di alam berbeda

Kulihat jasadku merana

Mereka tutupi dengan daun

Seolah tanaman yang rimbun

Burung yang aku lihat di kebun karet itu

Kulihat lagi di alamku yang baru

Ia terus berkicau

Kini bisa kulihat suaranya

Di hati banyak orang bergema

Membangunkan nurani sebuah negeri

Kulihat para sahabat di banyak tempat

Menyalakan lilin untukku

Agar tiada lagi kekerasan

Bagi perempuan

Bagi bocah ingusan

Ibu, burung itu berbisik teduh

Ia berkata padaku

Jangan lagi aku bersedih

Kematianku tidak sia-sia

para pejuang di seluruh negeri

Menjadikan deritaku

Sebagai derita mereka

Aku menangis ibu

Terharu

Kukatakan pada burung itu

Jangan lagi ada seperti aku

Jakarta, Mei 2016

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement