Pekerja melintas di kawasan Unit Pembangkit (UP) Suralaya, Cilegon, Banten, Kamis (19/5). (Republika/Agung Supriyanto) (FOTO : Republika/Agung Supriyanto)
Pekerja melintas di kawasan Unit Pembangkit (UT) Suralaya, Cilegon, Banten, Kamis (19/5). (Republika/Agung Supriyanto) (FOTO : Republika/Agung Supriyanto)
Petugas berjaga di kawasan Unit Pembangkit (UT) Suralaya, Cilegon, Banten, Kamis (19/5). (Republika / Agung Supriyanto ) (FOTO : Republika/Agung Supriyanto)
Petugas berjaga di kawasan Unit Pembangkit (UT) Suralaya, Cilegon, Banten, Kamis (19/5). (Republika / Agung Supriyanto ) (FOTO : Republika/Agung Supriyanto)
Pekerja melintas di kawasan Unit Pembangkit (UT) Suralaya, Cilegon, Banten, Kamis (19/5). (Republika/Agung Supriyanto) (FOTO : Republika/Agung Supriyanto)
Petugas berjaga di kawasan Unit Pembangkit (UP) Suralaya, Cilegon, Banten, Kamis (19/5). (Republika/Agung Supriyanto) (FOTO : Republika/Agung Supriyanto)
inline
REPUBLIKA.CO.ID, CILEGON -- Petugas berjaga di kawasan Unit Pembangkit (UP) Suralaya, Cilegon, Banten, Kamis (19/5).
UP Suralaya merupakan pembangki batu bara terbesar se-Asia Tenggara yang berkontribusi sebesar 17 persen kebutuhan energi listrik Jawa, Madura, dan Bali dengan total kapasitas terpasang sebesar 3.400 MW.
Advertisement