REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Puing pesawat Egypt Air yang jatuh di Laut Mediterania terlihat dalam gambar yang dirilis 21 Mei 2016 oleh militer Mesir. Jaksa penuntut umum Mesir secara resmi meminta data pesawat jatuh Egypt Air dari Prancis dan Yunani.
Mesir meminta data lengkap seperti jasad korban yang mulai tiba di kamar jenazah Kairo untuk dilakukan uji DNA.
Penerbangan Egypt Air MS804 dari Paris ke Kairo menghilang dari layar radar pada Kamis pagi pekan lalu saat memasuki wilayah udara Mesir atas Mediterania. Sebanyak 10 awak pesawat dan 56 penumpang, termasuk 30 orang Mesir dan 15 warga Prancis, semua diyakini tewas.
Jaksa penuntut umum Nabil Sadek meminta timpalannya dari Prancis menyerahkan dokumen, audio dan rekaman visual di pesawat selama berada di Bandara Charles de Gaulle sampai meninggalkan wilayah udara Prancis.
Ia juga meminta pemerintah Yunani menyerahkan transkrip panggilan antara pilot dan petugas pengatur lalu lintas udara Yunan. "Dan untuk pejabat dipertanyakan apakah pilot mengirim sinyal bahaya," kata Sadeq.
Para pejabat Mesir mengatakan mereka tidak menerima panggilan 'may day' dari pilot sebelum pesawat itu menghilang.
Para pejabat Yunani mengatakan, petugas mengobrol dengan pilot setelah pesawat memasuki wilayah udara Yunani dan terdengar ceria. Ia mengucapkan terima kasih dalam bahasa Yunani.
Ketika mereka mencoba memanggilnya lagi untuk menyerahkan kendali lalu lintas udara Mesir, mereka tidak mendapat tanggapan. Pesawat itu kemudian menghilang dari radar.
Investigator Prancis mengatakan, pesawat mengirim serangkaian peringatan yang menunjukkan asap terdeteksi di kabin serta kesalahan komputer lain yang mungkin terjadi tak lama sebelum menghilang.
Sinyal tidak menunjukkan apa yang mungkin menyebabkan asap. Pakar penerbangan juga tidak mengesampingkan adanya sabotase disengaja atau kesalahan teknis.
Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi mengatakan semua skenario adalah mungkin dan tidak ada yang dikesampingkan. Ia berjanji penyelidikan transparan, namun bisa memakan waktu lama.