Kamis 26 May 2016 11:45 WIB

Konferensi G-7 Dimulai di Jepang

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Ani Nursalikah
Para pemimpin G7, dari kiri PM Italia Matteo Renzi, Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker, Presiden Prancis Francois Hollande, PM Kanada Justoin Trudeau, Kanselir Jerman Angela Merkel, Presiden AS Barack Obama, PM Jepang Shinzo Abe, Presiden Dewan Erop
Foto: AP Photo/Carolyn Kaster, Pool
Para pemimpin G7, dari kiri PM Italia Matteo Renzi, Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker, Presiden Prancis Francois Hollande, PM Kanada Justoin Trudeau, Kanselir Jerman Angela Merkel, Presiden AS Barack Obama, PM Jepang Shinzo Abe, Presiden Dewan Erop

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Kelompok Tujuh berkumpul di Jepang untuk konferensi tingkat tinggi, Rabu (26/5). Para pemimpin G-7 sudah bersiap untuk serangkaian pertemuan. G-7 terdiri atas Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang dan Amerika Serikat.

Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe sebagai tuan rumah menjamu para pemimpin di hari pertama dengan mengunjungi sebuah kuil paling terkenal, Kuil Besar Shinto Ise. Kuil terletak di pusat Jepang, Iseshima, perfektur Mie.

Abe disambut oleh pemimpin kuil. Mereka kemudian menyambut Presiden AS Barack Obama, Presiden Prancis Francois Hollande, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau dan Perdana Menteri Inggris David Cameron.

Abe mengatakan kunjungan ini bisa memberi gambaran jantung budaya Jepang. Meski ia juga mendapat kritik karena dinilai mengembalikan agama ke ranah politik dan melanggar nilai tradisional.

Kunjungan tersebut menandakan segera dimulainya konferensi. Isu ekonomi global akan menjadi agenda utama. Selain itu ada pembicaraan soal krisis pengungsi Eropa, terorisme, keamanan siber dan keamanan maritim yan meliputi persengketaan Laut Cina Selatan dan Timur.

Presiden Dewan Eropa, Donald Tusk juga turut hadir. Ia akan meminta dukungan G-7 dalam mendapatkan bantuan global untuk pengungsi. "Jika kami (G7) tidak memimpin dalam menangani krisis, tidak akan ada yang bisa," kata Tusk.

Dalam isu sengketa perairan, para pemimpin diperkirakan akan mengeluarkan pernyataan bersama pada akhir konferensi pada Jumat. Kantor berita Cina, Xinhua, mengatakan, G-7 seharusnya mengeluarkan isu ini dari agenda. Jepang dan Cina bersengketa di Laut Cina Timur.

Dalam hal ekonomi, perjanjian penuh dalam kebijakan makroekonomi seperti akan sulit dicapai. Para pemimpin G-7 diperkirakan akan lebih mempromosikan moneter, fiskal, dan kebijakan struktural untuk memicu perkembangan di komunike.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement