REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengungkapkan, rencana impor bawang merah sebanyak 2.500 ton ganjil, namun hal tersebut telah diputuskan dalam rapat di Kementerian Koordinator (Kemenko) Perekonomian.
Mentan pun meminta petani bawang tidak khawatir hasil produksi bawang nasional akan terancam. Sebab, kuota impor sangat minim yakni hanya 0,02 persen dari produksi nasional.
"Ini kurang tepat (impor bawang merah), kita bilang angka produksi naik, tapi tahu-tahunya impor," ujar dia dalam rapat koordinasi di Padang akhir pekan lalu. Amran lantas menyinggung keberhasilan ekspor bawang merah oleh pemerintah karena produksi yang surplus.
Pelaksana impor bawang merah, lanjut Mentan, yakni perum Bulog. Jadi, segala pemasukan dan pengeluaran bawang impor di pasar akan benar-benar diatur dan diawasi.
Keberadaan bawang jangan sampai mengganggu harga pembelian bawang di petani maupun membuat bawang nasional terbuang sia-sia. "Kalaupun bawang impornya tidak dipakai, kita bisa ekspor lagi kalau perlu," ujarnya.
Direktur Pengadaan Perum Bulog Wahyu mengungkapkan telah menerima instruksi kegiatan impor bawang dari pemerintah. Namun ia belum dapat memperkirakan kapan bawang impor akan datang. "Belum ada impor, baru dapat penugasannya, jadi masih dievaluasi," kata Wahyu kepada Republika, Ahad (29/5).
Bulog akan terlebih dahulu membicarakan harga bawang dengan negara calon pengekspor. Di antara negara-negara sasaran yakni Thailand, Vietnam dan India.
Wahyu menegaskan, urusan impor bawang tidak ada kaitannya dengan praktik penyerapan bawang oleh Bulog dari petani. Impor merupakan salah satu instrumen pemerintah yang bermaksud menstabilkan lonjakan harga.