REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi VI DPR, Teguh Juwarno, tidak bisa memungkiri masalah harga dipengaruhi permintaan dan persediaan. Pada saat permintaan tinggi seperti hari raya, ada keterbatasan supply yang jadi tidak terkendali.
''Yang kita persoalkan adalah karena ini menyangkut kebutuhan pokok menyangkut hajat hidup orang banyak,'' kata Teguh, saat mengunjungi gudang Bulog di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Selasa (7/6).
Dirinya meminta negara hadir dalam menjaga ketersediaan kebutuhan pokok seperti daging dalam harga wajar. Ia mengatakan, Indonesia selalu mengacu pada negara lain seperti Malaysia, yang kaya kebutuhan pokok dan bisa menjaga saat hari raya dengan harga yang ekonomis.
''Sehingga masyarakat merasakan manfaatnya. Salah satu temuan yang kita lihat adalah ketika pemerintah tidak mampu bersinergi dengan pelaku pasar,'' ujar dia.
Teguh menyatakan, ketika pelaku pasar melihat ada ruang untuk bermain dengan strategi mengatur stoknya, mereka bisa mendapatkan keuntungan yang tinggi. ''Sehingga situasi yang kita anut pasar bebas ini akan terus terjadi,'' jelasnya.
Wakil Ketua Komisi IV, Herman Khaeron, mulai turunnya harga kebutuhan pokok karena ada operasi pasar dan intervensi oleh pemerintah. Namun, masalahnya adalah semua daerah dilakukan operasi pasar.
''Ke depan harus ada institusi yang kuat, harus ada lembaga yang kuat yang ini bisa melawan mekanisme pasar, yang ini bisa melakukan intervensi kepada pasar,'' ucapnya.
Paling tidak, lanjut dia, minimal 40 persen negara harus menguasai pasar. Ia menilai itu merupakan esensi dari ekonomi Pancasila.