REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menegaskan wilayah pesisir Ibu Kota membutuhkan tanggul untuk mengatasi banjir rob yang berasal dari air laut. Ia menyebut pembangunan tanggul berbiaya besar itu bisa ditutupi dengan dana kontribusi tambahan pengembang reklamasi.
Ahok mengatakan pembangunan tanggul termasuk dalam proyek Garuda (NCICD), yaitu Garuda A. Ia menyimpulkan kebutuhan tanggul adalah urgensi setelah menerima kajian sejumlah pihak.
"Kita butuh bangun tanggul NCICD A sepanjang utara. Karena setelah ada penurunan muka tanah, maka seluruh tanggul yang sudah dibangun tidak cukup tinggi," katanya di Balai Kota, Rabu (8/6).
Ia menyimpulkan kebutuhan tanggul adalah urgensi setelah menerima kajian sejumlah pihak. Menurutnya, dana pembangunan tanggul bisa ditutup lewat sumbangan dana kontribusi tambahan reklamasi sebesar 15 persen.
"Menurut analisa konsultan Belanda, PU dan Bappenas mereka memutuskan harus membuat tanggul NCICD A setinggi 3,8 meter. Biaya siapa? Bisa sampai 70 berapa triliun saya enggak tahu. Nambah terus," jelasnya.
Di sisi lain, ia mengatakan banjir rob di Muara Baru terjadi karena tak adanya tanggul. Ia pun mengakui adanya pemukiman liar yang bisa menghambat pembangunan tanggul. Ia menjanjikan pemukiman liar akan ditindak habis.
"Muara Baru anda teriak banjir. Itu masuknya dari sana. Kita mau bikin tanggul. Terus ada orang-orang yang bikin rumah kayu. Dibongkar gak? Ini dah ada selebaran kasih ke mana-mana. Muara Angke mau dibongkar 150 rumah," ujarnya.
"Kita udah bilang dari sebelum puasa anda harus pindah. Ini orang-orang mana? Ini orang yang dlu kita bongkar pasar ikan. Yang dikasih kerohiman terus pindah 2012 malah zaman pak jokowi yang dateng-dateng nangis itu loh. Dia dapat uang malah pindah dan bikin lagi di depannya. Sekarang kita mau tutup. Suruh pindah ke rusun marah-marah," ucapnya.