REPUBLIKA.CO.ID, ORLANDO -- Kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) pada Ahad (12/6), mengklaim bertanggung jawab atas penembakan massa terburuk dalam sejarah Amerika Serikat di Orlando, Florida. Namun para pejabat AS mengatakan tak menemukan bukti langsung yang menghubungkan ISIS dengan pelaku pembantaian di Orlando.
Klaim ISIS disampaikan melalui kantor berita kelompok tersebut yakni, Amaq. "Serangan bersenjata menargetkan sebuah klub malam gay di kota Orlando negara bagian Florida Amerika yang membuat 100 orang lebih tewas atau terluka dilakukan oleh anggota ISIS," kata pernyataan Amaq.
Namun pejabat FBI memperingatkan, bahwa tak ada bukti apapun yang menghubungkan pelaku dengan ISIS. Menurut FBI perlu penyelidikan lebih lanjut untuk ini.
Tiga pejabat AS yang akrab dengan penyelidikan pembantaian juga mengatakan tak ada bukti yang ditemukan menunjukkan keterlibatan ISIS atau kelompok militan lainnya.
"Tak ada bukti yang mengarahkan atau mengubungkan dengan ISIS. Sejauh ini yang kami tahu, kontak langung pertamanya adalah janji bay'at (menyatakan kesetiaan) yang ia buat selama pembantaian," kata pejabat kontraterorisme AS mengacu pada telepon tersangka ke 911 pada Ahad, (12/6).
(Baca juga: Pascapenembakan di Florida, Trump Semakin Yakin Larang Muslim ke AS)
Setidaknya 50 orang tewas dan 53 lainnya luka-luka setelah penyerangan di klub malam Pulse oleh pria bersenjata. Pelaku yang tewas ditembak polisi diidentifikasi sebagai Omar Mateen, warga Florida kelahiran Afghanistan.
Menurut pejabat intelijen AS klaim ISIS yang menyatakan bertanggung jawab atas serangan tak mengherankan. Sebab belakangan kelompok tersebut mengalami kekalahan besar di Irak dan Suriah.
"Fakta bahwa sebuah situs yang berhubungan dengan Daesh 'bertepuk tangan' tak berarti apa-apa. Mereka kalah besar di kandang mereka, sehingga tak mengherankan mereka sedang mencari kemenangan," ujar pejabat itu menggunakan istilah akronim Arab untuk ISIS.