Rabu 15 Jun 2016 18:10 WIB

Pemerintah Minta Warga Tenang Hadapi Lonjakan Harga

Rep: Debbie Sutrisno‎/ Red: Nur Aini
Jelang ramadhan harga sembako terus merangkak naik.
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Jelang ramadhan harga sembako terus merangkak naik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah mengaku tengah membenahi struktur pasar‎ selama bulan Ramadhan untuk menekan harga sembako yang terus menanjak.

Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, memasuki minggu kedua bulan Juni harga komoditas pangan secara nasional mengalami kenaikan cukup drastis dibandingkan bulan sebelumnya. Harga komoditas yang naik antara lain daging ayam broiler 6,63 persen, telur ayam ras 6,81 persen, gula pasir, 5,64 persen, cabai rawit 4,41 persen, cabai merah keriting 4,12 persen, cabai merah besar 4,01 persen, daging sapi 1,9 persen, dan bawang putih 1,62 persen.

Dia menilai secara garis besar kenaikan harga ini masih terbilang aman. Namun harga daging sapi dan gula pasir ada penurunan sedikit, tapi belum memperlihatkan perbaikan. Malahan, belakangan muncul kenaikan harga pada daging ayam dan telur.

"Kita ingin cek di mana pergerakan harga pangan karena waktunya semakin dekat menjelang Lebaran," ungkap Darmin usai menggelar rapat Koordinasi (Rakor) pangan, Rabu (15/6).

Darmin menjelaskan, saat ini Kementerian Pertanian (Kementan) sedang melakukan operasi pasar di berbagai titik di Indonesia. Dengan kegiatan ini, pemerintah berharap bisa menekan harga sembako.

Melalui operasi pasar, Darmin juga meminta masyarakat tetap tenang dalam menghadapi lonjakan harga di pasaran. Sebab pemerintah yakin bisa mestabilkan harga sehingga tidak membuat masyarakat mendapatkan harga tinggi pada sembako.

"Lebaran kali ini kita percaya masyarakat bisa lebih tenang. Kalau dua tiga tahun lalu ada antrean untuk membeli daging, sekarang situasinya sudah berubah," ungkap Darmin.

Baca juga: Pemerintah Diminta Perbaiki Sistem Pemasaran Pangan

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement